Wednesday, October 28, 2015

From Bandung with 178 to Jakarta


178 itu bukan angka keramat
Tapi sukses membuat nafas ku hampir tamat
178 itu angka penuh rahmat
Karena aku akhirnya punya keluarga hebat

178 itu bilangan yang tak pasti
Tapi semangatnya membara di hati
178 itu hitungannya penuh misteri
Karena setelahnya jiwa ku seperti terpatri

178 ku tempuh dengan penuh peluh
Panas dan hujan tak membuat ku mengeluh
178 ku lalui sambil hati ku terenyuh
Karena rasa syukur ketika ku bisa berteduh

178 tak pernah lekang di iris waktu
Karena kenangannya selalu menyatu
178 tak pernah hilang menjadi abu
Karena cintanya begitu satu padu

178 ku ucap terimakasih,
Karena mu aku menjadi lebih kuat
Karena mu aku menjadi lebih hebat

178, aku akan menunggu mu kembali...


Baru beberapa bulan menyukai olahraga bernama lari, tiba-tiba ada panggilan yang membuat adrenalin meninggi. Kala itu dikabari aris sopiandi bakal ada acara lari bandung jakarta sejauh 178 kilometer, dan saya salah satu orang yang beruntung diajak menjadi bagian dari team tersebut. Tanpa pikir panjang saya iyakan ajakan itu dan setelahnya saya baru sadar bahwa 178 kilometer itu jauh dan mulai ngga tenang mikirinnya, tapi akhirnya saya memilih mengalir bersama air alias selow ajah, daripada terus dipikirin malah jadi stress..hahaha

Saat itu bulan juli sedang menghiasi dinding kalender dan ada nike challenge atau anak-anak sering plesetin jadi nike celeng. Nike Challenge merupakan tantangan untuk para komunitas lari dengan tantangan mengumpulkan paling banyak kilometer dalam waktu kurang lebih satu bulan lamanya dan juga yang paling cepat mengumpulkan 1700an kilometer dalam waktu 2 hari. Kegiatan itu membantu saya menjadi rajin berlari, karena ada aura persaingan yang menjadi pecut untuk tetap berlari mengumpulkan kilometer demi kilometer demi kata yang bernama 'gengsi'.

Agustus pun tiba dan secara teori fisika rentan waktu semakin memperpendek jarak menuju hari bersejarah untuk saya, bandung jakarta akan menjadi moment berharga dan pengalaman yang sarat akan arti sebuah makna perjuangan (sepertinya tulisan saya memberat..hehe). Banyak persiapan teknis untuk acara tersebut, yang paling bikin riweuh adalah perlengkapan. Sebenarnya yang riweuh sih cuman beberapa orang, tapi yang lainnya kebawa riweuh juga karena menyangkut dengan apa yang nanti akan dipakai. Keriweuhan nomer wahid pastinya bisa kalian tebak, yuppp sepatu, karena sepatu adalah perlengkapan paling vital yang akan menjadi media utama untuk memindahkan kaki dari tempat bernama bandung dengan segala kenangannya menuju ibukota indonesia bernama jakarta dengan segala hiruk pikuknya. Banyak pilihan sepatu yang menjadi alternatif dari adidas, nike, brooks, hoka, new balance dan lainnya, belum perpanjangan kaki dari merek tersebut yang membuat kepala semakin pusing dibuatnya. Setelah pada merenung di gunung kawi minta wangsit, akhirnya pilihan jatuh pada merek yang menaungi david beckam, yupp adidas, adidas menjadi pilihan kami setelah pergelutan panjang dan energi boost warna orange dan pink yang terpilih untuk menemani kami mengarungi setiap peluh keringat dan panas mentari yang akan membakar keringat.

Yang Setia dan Tak Setia
Empat hari sebelum acara dimulai perlengkapan baru diterima, bersyukur dapat sponsor dari Bank BRI untuk membeli perlengkapan tersebut. Perlengkapan yang didapat dari atas kepala sampai bawah kaki, dari topi, jersey hingga sepasang sepatu dan saya kegirangan sekali karena ini pertamakalinya punya sepatu lari yang benar-benar sepatu lari. Hanya dua kali sepatu tersebut di ujicoba untuk nanti berlari sambil mengompakkan satu sama lain, ada banyak strategi pemakaian sepatu dengan menyiapkan cadangan sepatu. Tetapi untuk saya sepatu ini yang akan menemani dari awal sampai akhir, karena memang ini sepatu satu-satunya, no choice. Sometimes no choice is better than too much choice.

FLR Gear
Bandung, 29 Agustus 2014

Pagi masih tampak seperti pagi dengan udaranya yang masih bersahabat diajak bermain di paru-paru, dan matahari yang sedikit-sedikit mulai membiaskan cahayanya keseluruh penjuru bandung yang tampak berbeda di pagi itu. Berbeda, karena hari ini akan sangat menyenangkan dan menegangkan bisa menjadi bagian dari acara Independence Day run 2014. Lari sejauh 178 kilometer dalam 45 jam untuk memperingati hari kemerdekaan indonesia yang di gagas oleh pak Surachman, angka itu bisa diartikan dengan 17 8 45 (tanggal 17, bulan agustus dan tahun 1945). Start akan dimulai di gedung sate yang merupakan ikonnya kota bandung, menuju monumen nasional (monas) yang merupakan ikon kota jakarta.

09.00am, kami semua sudah siap sedia untuk memulai lari, dilakukan acara pembukaan dan berbagai sambutan untuk melepas keberangkatan team Fighting Long Runner (FLR). Saya ikut berbaris dalam barisan yang dibuat menajdi dua barisan dengan satu orang disebelah kanan sebagai kapten atau pacer yang akan mengontrol kecepatan lari, dan nantinya pacer ini akan bergantian setiap 10 km sekali. Jarak yang akan ditempuh untuk awal ini kurang lebih sejauh 12 kilometer, yaitu menuju pemkot cimahi.

Detik-detik menuju ibukota
09.30am, kami mulai berlari dan suasana pecah sama sorak-sorakan anggota TNI yang menghadiri acara tersebut, berlari dengan perasaan masih tegang dan rasa yang saling bercampur. Kami berlari dikawal petugas polisi militer, paspampres dan tentara dengan diiringi mobil ambulance dan bus serta ada juga kawanan tentara yang ikut berlari sambil berteriak dan bernyanyi mengobarkan semangat. Melintasi flyover pasupati kami begitu riang, penuh canda dan tawa. Jalanan seperti milik kami, kami bebas berlari sepanjang jalan. Ketika turunan menuju pasteur, banyak anak-anak sekolah dari sd sampai smp memberikan semangat sambil melambai-lambaikan bendera merah putih, perasaan senang sekali banyak yang menyambut di kiri kanan jalan, berlaripun tidak terasa lelah, semuanya bercampur penuh suka cita. Hingga menuju pemkot cimahi suasana semakin riuh karena banyak anak-anak sekolah dasar yang berteriak dan memberikan semangat sambil melambai-lambaikan tangan, suasana tersebut sontak membuat kami semakin bersemangat ikut berteriak. Hingga akhirnya kami sampai di check point pertama, pemkot cimahi. Disini kami disambut oleh walikota cimahi beserta jajaran untuk beristirahat, sholat jumat dan makan bersama.

keriuhan saat akan memasuki pendopo cimahi
Ready for lunch
01.30pm, kami mulai bergerak dari Km 12 menuju Km 30 di pom bensin cipatat, kami bergerak bersama panas matahari tengah hari dan juga debu jalanan daerah industri sepanjang jalan yang menjadi tantangan tersendiri. Kurang lebih di km 20 kami istirahat sebentar untuk sedikit bernafas dari panas dan debu, diantara semangat yang masih terus terjaga, kami selalu ketawa bersama di saat berhenti sejenak. Apalagi saat itu ada insiden yang pada akhirnya membuat kami tertawa. Berawal dari penanggung jawab logistik anak-anak selama perjalanan bernama dayat yang sengaja menaruh minuman ditengah jalan supaya anak-anak yang kehausan dapat langsung mengambil air. Tetapi hal tersebut menjadi bahan yang empuk untuk terkena semprot oleh pak surachman, dengan sigap ketika dayat dimarahi dia bilang 'siap saya salah' dan kata-kata itu berulang yang membuat kami malah ketawa melihat hal itu dan hal tersebut pastinya menjadi kenangan tersendiri yang susah untuk dilupakan.
Dayat kena semprot, kita asik foto-foto
Bertarung melawan aspal
02.40pm, Kami bergerak kembali menuju check point kedua di km 30, di km tersebut sudah disiapkan penyambutan oleh pemerintah kabupaten bandung barat. Jalanan di sisi kanan sangat padat karena kendaraan harus lebih bersabar untuk antri dan memberikan sebagian waktunya untuk kami bisa berlari di lajur kiri. Sepanjang jalanan menuju situ ciburuy jalanan datar dan setelahnya mulai berkelok dan menurun, akibatnya kecepatan jadi sedikit bertambah cepat. Menuju sore hari akhirnya kami tiba di check point kedua di km 30. Disini kami dihibur oleh nyanyian musik dangdut, dan yang terhibur ssebenarnya puluhan tentara yang mengiringi kami sepanjang jalan, mereka bergantian setiap 5-10 km untuk tetap fresh dan bisa terus menyemangati kami di sepanjang jalan.
Suasana memasuki daerah cipatat
Berlari diantara truk-truk besar
Suasana riuh di pom bensin cipatat
Di check point ini kami beristirahat lebih lama, kegiatan yang dilakukan bermacam-macam seperti tiduran, makan, berendam air es, sholat, mandi, dan yang lainnya. Ada juga kegiatan melamun memikirkan perjalanan masih panjang, oleh karena itu di saat seperti ini ilmu khayalan lebih berguna dibanding ilmu pasti, karena ilmu pasti akan membuat kami semakin tertekan karena hitungannya menunjukkan perjalanan masih lama, sedangkan ilmu khayal bisa memberi sugesti kepada otak kita bahwa finish tinggal didepan mata..haha. Tapi yang pasti disini kami benar-benar memanfaatkan waktu dengan baik untuk bisa lebih siap melanjutkan perjalanan di hari yang mulai gelap, karena perjalanan akan dilanjutkan setelah sholat maghrib.

Suasana istirahat anak-anak FLR
06.20pm, kami melanjutkan sisa perjalanan yang masih 140-an lebih kilometer, sekarang targetnya adalah check point 3 di km 60, tepatnya didaerah cianjur. Setiap 10 km berlari kami akan beristirahat selama 10 menit dan waktu istirahat tersebut menjadi pengingat bahwa kami sudah 10 km berlari dan akan mengikis jarak yang panjang menjadi lebih pendek dan mencapai titik finish. Ditengah perjalanan, kami diberi kejutan oleh kumpulan awan yang berkondensasi menghasilkan butiran air bernama hujan. Bergegas kami menggunakan jas hujan plastik atau anak-anak menyebutnya goresek, plesetan lain dari jas hujan goretex, karena materialnya berupa plastik kresek jadi dinamakan goresek..hahaha. Tantangan yang menanti kami adalah sepatu yang basah dan otomatis akan membuat kaki rentan terkena blister karena suasana basah, tapi itu tidak menyurutkan semangat kami berlari, ditengah hujan deraspun kami tetap berlari saling beriringan, karena selama semangat itu ada, apapaun alasan itu, pastinya takkan membuat kami patah arang untuk tidak melanjutkan perjalanan.

Di km 40 kami berhenti untuk istirahat dan ada kejadian unik, karena kami berhenti di plang yang bertuliskan tahu sumedang. Kalau tidak salah kak arie atau lia yang mengabari temannya dengan mengirimkan sebuah foto dengan berlatarkan plang tahu sumedang, sontak teman tersebut berkata ' bukannya kamu lari bandung jakarta, ko malah ke sumedang?' dan kamipun tertawa ketika diceritakan hal tersebut. Hal apapun menjadi penghibur buat kami, disaat kami lelah, hal-hal menarik membuat rasa lelah sejenak menghilang. Sesudah 10 menit beristirahat dan hujan sudah tidak lagi membanjiri bumi, kami lanjut bergerak lagi menembus malam menuju daerah cianjur. Di 20 km ini benar-benar mulai dihinggapi rasa kantuk, banyak hal yang coba saya lakukan untuk menghilangkan rasa kantuk ini, seperti ikut berteriak bernyanyi lagu-lagu mars khas tentara seperti lagu jendral sudirman dan lainnya yang berhasil mengibur dan sedikit mengurangi rasa kantuk.

11.30pm, tiba di km 60 daerah cianjur, disini sudah banyak yang terjadi, terutama rasa dingin dan kantuk yang menyerang. Saya coba tiduran dan berselimut di pelbed, dan itu adalah hal yang paling nyaman saat itu, nyamannya melibihi tidur di kasur yang empuk sekalipun, walaupun hanya terlelap tidak lebih dari 15 menit. Keadaan yang sudah mulai lelah karena sudah 60 km berlari dan ditemani panas serta hujan yang mengiringi sepanjang perjalanan, akhirnya sukses mengantarkan saya menuju kelelahan karena ini lari terjauh saya sepanjang saya terlahir di bumi. Disini teman-teman mulai berguguran harus masuk ambulance dan bus hingga km 70 lebih. Dan di kilometer ini hanya 6 orang yang masih bertahan lari menghadapi tanjakan cipanas, diantaranya saya, arief, dzimar, imam, eza, agus. Di tanjakan cipanas kami terbawa arus oleh dzimar yang kala itu kebagian menjadi pengatur kecepatan didepan, dzimar meningkatkan kecepatan ditanjakan hingga menembus pace 5 (kecepatan 5 menit per kilometer), membuat para tentara yang mengiringi kamipun kelelahan dibuatnya.

Istana Presiden Cianjur, 30 Agustus 2014

03.30am, beberapa kilometer menuju istana presiden di cipanas cianjur, kami sudah bisa berlari full team lagi hingga akhirnya kami memasuki istana presiden di pagi buta. Km 85 akhirnya terlewati, ada rasa puas bisa memasuki istana presiden, rasa puas karena sudah hampir setengah perjalanan, rasa puas bisa sedikit merebahkan tubuh di kasur, rasa puas yang akhirnya membuat kami bisa sedikit terlelap.

06.00am, tidur kurang lebih 2 jam, cukup tidak cukup kami harus suka dan menerima. Pagi itu saya langsung bergegas mandi, sholat dan bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan. Ada cukup waktu untuk menikmati sarapan pagi dan berfoto-foto ria di sekitaran istana. Saya sangat excited menyambut pagi ini, kembali bersemangat untuk melanjutkan perjalanan kilometer demi kilometer mencapai finish line di ibukota.

We are yellow team
Wefie time
Ready for half journey
08.00am, kami melanjutkan perjalanan menuju check point selanjutnya di mesjid raya bogor, tepatnya di km 125. Matahari masih bersahabat untuk kami berlari menuju puncak pass, hanya saja tanjakannya yang tidak bersahabat bagi sebagian orang. Menuju puncak pass, tanjakan kami lalui dengan speed hiking sambil bercanda biar lebih menikmati perjalanan. Kurang lebih di km 95 kami sudah sampai di puncak pass, disini matahari sudah mulai terik. Kami beristirahat sejenak menikmati pemandangan puncak pass sambil sebagian lainnya mulai memakai sunblock karena memang sinar matahari saat itu mulai menggigit.
Puncak pass bogor
10.00am, perjalanan dilanjutkan dengan medan turunan. Tanjakan sudah habis, jalur yang akan dilalui tinggal menyisakan turunan dan jalur flat panjang. belum ada kendala berarti selama perjalanan pagi ini, semua masih riang gembira berlari bersama. 10 km didominasi turunan dan dilalui dengan cepat. Karena check point berikutnya adalah tempat makan siang, kita bisa sedikit lega dan mendapatkan tambahan waktu untuk istirahat dari waktu yang ditentukan.

Jalur Turunan Puncak
Jalur padat merayap
11.00am, Kami beristirahat di sebuah restoran makanan sunda yang sudah dipersiapkan di daerah dekat dengan kampung arab, ada hiburan dan kerumunan orang yang penasaran menyaksikan rombongan kami yang membuat macet sementara di jalur puncak menuju taman safari. Disini kami menikmati makan siang dan juga merebahkan tubuh sejenak agar setidaknya punya kesempatan untuk beristirahat, karena sengatan matahari sudah mulai membuat partikel-partikel lelah keluar dalam tubuh dan pikiran, bahkan bukan hanya fisik yang mulai tersiksa tapi mentalpun ikut di tempa.
Rest and lunch
12.30pm, setelah mengumpulkan energi, kami bersiap untuk melanjutkan perjalanan, dari km 105 kami akan bergerak menembus sengatan matahari yang mulai terasa lebih menusuk menuju km 125. 20 km ini terasa sangat berat di lalui, setiap 5 km kami beristirahat sebentar untuk mengambil nafas panjang dan mengambil banyak kesegaran dari minuman segar dan buah-buahan. Hari kedua mulai mengusik mental saya, tetapi beruntung banyak adik-adik pramuka dan adik-adik sekolah menengah atas yang menyemangati saya dan yang lainnya sepanjang perjalanan, ini menjadi energy boost untuk membangkitkan semangat saya yang mulai lelah dan menguap terbakar matahari. Beberapa kali titik istirahat tidak tepat karena kelelahan kami, jadi kami mulai berimprovisasi dan melihat celah manapun yang bisa dijadikan tempat untuk beristirahat.
Adik-adik pramuka pemberi semangat
Adik-adik sma pemberi energi boost
05.00pm, Akhirnya kami tiba di mesjid agung bogor dan disambut oleh pemerintah kota bogor dan pak arya bima sebagai walikota, lelah sekaligus puas sudah mencapai km 125. Leyeh-leyeh sambil mengobrol santai di pelataran mesjid setidaknya menjadi hal yang menyenangkan, istirahat menjadi jalan satu-satunya untuk bisa berfikir lebih tenang setelah seharian diganggu oleh sengatan matahari yang tak berhenti menggoyahkan fisik dan mental. Perasaan sudah mulai berbeda 180 derajat dengan saat awal berlari, ini bukan lagi zona nyaman, tetapi mulai keluar dari zona nyaman, Zona yang memaksa kita bertarung lebih hebat mengalahkan rasa lelah dan sakit, tapi saya belum akan menyerah, masih ada 50 kilometer lebih yang harus saya tuntaskan.
Pelataran mesjid raya bogor
06.00pm, Kami bertukar cerita dengan pak arya bima selama menyelesaikan lari 125 kilometer, banyak dari kami yang belum pernah lari marathon dan ini merupakan pengalaman yang sangat berharga bisa berlari sampai sejauh ini, walaupun masih ada sisa kilometer yang masih jauh, tapi kami punya kekuatan lebih yang bernama semangat. Semangat, karena ternyata kami bisa menyelesaikan jarak yang lebih jauh dari itu. Setelah itu kami makan malam, mandi dan juga di pijat oleh physio. Ini pertamakalinya saya di pijat, dan hasilnya benar-benar mengejutkan, kaki saya yang tegang sudah mulai relaks kembali. Pantesan teman-teman yang lain pada ketagihan, karena memang sangat berguna sekali untuk bisa tetap berlari dengan nyaman. Hanya saja jumlah physio nya satu orang dengan tugas berat harus melayani permintaan kami semua, jadi tidak semua bisa kebagian, dibagi dalam beberapa kesempatan.

08.00pm, Setelah selesai beristirahat kami bergerak menuju 30 km berikutnya didaerah cimanggis mall. Perjalanan malam terakhir dan diperkirakan besok pagi baru sampai di monas berbarengan dengan acara independence day run yang akan dilepas oleh pak presiden sby. Sepanjang perjalanan beberapa kali kami disambut warga yang berjejer membawa obor api, suasana yang menyenangkan disambut hangat oleh warga sekitar. Waktu terasa lama, karena memang kecepatan melambat ditambah jalur flat sepanjang jalan yang lurus membuat waktu serasa berhenti, dan kami seperti tidak bergerak kemana-mana. Kelelahan sudah sangat melanda kami semua, rasa kantukpun seringkali membuat lelah semakin bertambah, dan akibatnya satu per satu berguguran harus masuk kedalam bus dan ambulance.
Apapun nikmat kalau sudah lelah

Jakarta Timur, 31 Agustus 2014

01.00am, yang tersisa tinggal kami berenam, saya, arief, imam, agus, dzimar dan eza yang masih bertahan dengan jalur yang membosankan. Sepi, lelah dan rasa sakit terus bergelut dalam tubuh dan pikiran, semuanya menjadi satu, satu rasa untuk memimpikan ini segera berakhir. Disini saya sudah merasakan masuk kedalam zona neraka, zona penyesalan kenapa harus ikut dalam kegiatan ini. Kurang lebih di km 150an saya sudah begitu jauh berperang dengan pikiran saya, pertanyaan dan jawaban saling melontar mempertanyakan apa yang telah saya lakukan dan akibat yang terjadi saat ini, terdampar hanya berenam. Mulai terjadi drama kecil diantara kami, check point yang tidak pernah muncul, hitungan yang tidak akurat mulai memecah kami berenam. Seharusnya kami sudah sampai, tetapi setelah dikonfirmasi dengan bapak paspampres yang mengemudi di depan, masih ada 4 kilometer yang harus kami lalui dengan kondisi seperti ini, jangankan 4 kilometer, 100 meterpun akan terasa sangat berat. Gelagat hujan mulai turun, kami mulai terpecah saling menyalahkan dan puncaknya menyalahkan dzimar sebagai pembuat jalur. keadaaan seperti ini membuat kami saling diam, saya dan arief masuk dalam satu kubu yang ingin berlari lebih cepat supaya cepat sampai, tetapi yang lainnya lebih memilih berjalan cepat karena sudah kelelahan dan merasakan rasa sakit juga. Akhirnya dzimar sama eza pun menyerah masuk kedalam ambulance, tinggal tersisa kami berempat yang masih berjuang sedikit demi sedikit, disaat seperti itu tiba-tiba teman yang lainnya ikut bergerak juga dan memberi semangat tambahan kepada kami, hingga akhirnya kami lari bersama kembali dan sampai pada check point di 155-an kilometer.

02.15am, di mall cimanggis saya langsung merebahkan tubuh di pelbed, rasa lelah dan kantuk sudah susah dilawan, saya mencoba istirahat sebentar hingga akhirnya dibangunkan untuk melanjutkan perjalanan kembali. Semua siap berlari kembali dengan jarak yang tinggal kurang dari 30 kilometer lagi. Disini ada cerita lucu, saat pak surachman memerintahkan semua untuk berlari kembali, teh nopi ternyata tidak ada, dan ada laporan bahwa teh nopi sakit mata. Saat pak surachman menanyakan dimana teh nopi, ada yang menjawab teh nopi sakit mata. beberapa saat pak surachman mempertanyakan apa hubungan sakit mata dengan lari, usut punya usut ternyata sakit mata disini adalah ngantuk, setelah sadar itu sayapun jadi ketawa..hahaaha

04.00am, Sampai di daerah cililitan penuh dengan perjuangan, benar-benar push my limit. Masih beruntung saya lari bareng, kalau misal saya sendiri mungkin saya akan nyampai lebih lama, karena sudah ingin berhenti dan berjalan kaki. Alfamart serasa surga, seeprtinya saya ingin makan semua yang ada disana. Kurang lebih 10 kilometer lagi saya akan sampai di museum satria mandala, titik terakhir sebelum menuju monas.

06.00am, perjalanan menuju museum satria mandala keadaan kembali berbalik 180 derajat, rasa lelah dan sakit sepertinya sudah hilang. Saya begitu semangat, lari menjadi lebih ringan. Sepanjang perjalanan saya dan teman-teman saling bercanda menikmati suasana pagi di tengah kota jakarta, hingga akhirnya tiba juga di check point terakhir sebelum finish line di monas. Sampai di museum satria mandala kami langsung tiduran, mandi dan sarapan, ada cukup waktu sebelum menyelesaikan 8 km terakhir menuju monas.

08.00am, Akhirnya titik terakhir akan kami lalui, 8 kilometer terakhir yang akan mengantarkan kami ke sebuah sejarah, sejarah dalam kehidupan kami dalam berlari. Melewati semanggi, sudirman, bundaran HI hingga monas, walaupun kami harus kegerahan karena kami memakai jacket dan celana panjang, tapi semangat didalamnya yang berkobar membuat semua itu hilang begitu saja bersama keriuhan saat kami memasuki finish line, rasa bangga dan haru menyelimuti kami. Done...Finishhhh, kami berhasil berlari dari bandung menuju jakarta, dengan segala rasa yang menyelimutinya, dengan segala harapan atas segara asa yang sudah membias keseluruh tubuh dan dengan segala doa dan kekuatan yang menjadikan kami bisa bertahan hingga sejauh ini.

Monumen Nasional - Jakarta pusat, 31 Agustus 2014

Semuanya berakhir indah, rasa bangga masih terus menyelimuti bisa masuk kedalam tenda tempat orang nomor 1 di indonesia ada, satu panggung bersama para atlet yang menjuarai independence day run dan dikalungi medali penghargaan sama bapak presiden sby menjadi pelengkap yang menjadikannya sempurna. Ini sebuah pencapaian yang akan selalu kami ingat, yang akan kami bagikan ceritanya ke anak cucu kelak, kami kumpulan orang-orang dari berbagai latar belakang, tetapi kami menjadi satu kesatuan utuh yang berjuang bersama dan sedikitnya bagaimana merasakan beratnya para pejuang berjuang untuk indonesia.

4 finisher sejati 178K
Suasana di dalam tenda pejabat
We are finisher
Medal finisher 178K
Pengalungan Medal oleh RI 1
Pencapaian ini adalah awal dari kehidupan kami, dari sini kami tumbuh menjadi lebih kuat, menjadi lebih susah untuk menyerah. Ini seperti mimpi yang aneh, karena saya khususnya tidak pernah bermimpi menjadi pelari, tidak pernah bermimpi bisa berlari sejauh ini, tidak pernah bermimpi bisa dikalungi medal sama orang nomor 1 di indonesia. Banyak hal yang berubah dari sini, terutama semangat saya dalam menjalankan hidup, karena dari sini saya belajar akan arti sebuah proses, belajar untuk bekerjasama, belajar menjadi bagian dari sebuah team, bahkan lebih dari itu, bagian dari sebuah keluarga bernama Fighting Long Runner.

Ketika kita punya kemauan yang kuat, jiwa kita takkan berhenti untuk bersemangat.
Ketika kita melawan keinginan untuk menyerah, tubuh kita akan selalu berusaha untuk tak pernah kalah.
Kita terlahir untuk menjadi pemenang, maka jangan pernah lelah untuk berjuang.
Jadilah pemenang minimal untuk diri kita sendiri.

Note : latepost tahun lalu yang baru bisa saya selesaikan sekarang, bertepatan dengan sumpah pemuda. Semoga semangat para pemuda indonesia bisa terus berkobar, berkobar untuk memajukan indonesia, dimulai dari kita sendiri dan dari hal yang terkecil yang kita bisa. Berteriaklah kedalam diri kita sendiri, apa yang sudah kita lakukan untuk bangsa ini, karena dengan memulai perbaikan dari dalam diri kita sendiri, insya Allah indonesia akan lebih baik. Salam MERDEKA, Salam Sumpah Pemuda (28 oktober 1928 - 28 oktober 2015).

Hatur Nuhun :
Terimakasih untuk pak surachman yang sudah mengadakan acara ini, dan juga ibu nenny yang selalu sigap membantu terutama logistik bersama dayat dan gina. Aris, aziz, dzimar yang banyak terlibat rapat dan mengatur perlengkapan dan lainnya. Pelari-pelari keren yang selalu semangat dan berjuang bersama melalui lika-liku di perjalanan bandung jakarta ini (mang arief, mang agus, uda imam, eza, kibagus, ombud, kak arie, teh nop, teh ina, makdel, ichal, lia, dita, willy dan putri). Dan juga semua pihak terutama kawan-kawan tentara dan paspampres.
Saya sangat beruntung bisa menjadi bagian dari acara ini, karena dari sini saya banyak menimba ilmu dan pengalaman dan juga menjadikan saya bisa lebih berkembang.

3 comments:

  1. Sangat menginspirasi ceritanya, semoga bisa ketularan yaa semangat sama strongnya 😀

    ReplyDelete
  2. Makasih rifqi, aamiin semoga selalu semangat larinya yah :)

    ReplyDelete