Friday, February 12, 2016

Backpacker Runner : HK 100 Ultra Trail 2016 (Race)

HK 100 Ultra Trail - Photo by. Budiman Setiono (ombud)
Hong Kong merupakan salah satu negara yang menjadi kiblatnya para pelari trail di Asia. Banyak event trail run kelas dunia yang lahir di negara ini, salah satunya Hong Kong (HK) 100 Ultra Trail®. HK 100 merupakan event ultra trail yang masuk ke dalam kategori Ultra Trail® World Tour Series dan menjadi event pembuka di gelaran tersebut. Kategori 100 km merupakan satu-satunya jarak yang diperlombakan dalam event ini, dengan peserta lebih dari 1800 orang, event ini siap memberikan pengalaman baru bagi 50 negara yang berpartisipasi di dalamnya. Kami datang dari belahan tenggara Asia, siap mengibarkan bendera merah putih dalam gelaran pembuka Ultra Trail® World Tour Series. #bdgexplorer #mangprang


Hong Kong, 23 Januari 2016

Tepat pukul 5.35 pagi waktu setempat, saya dan yang lainnya sudah keluar dari apartemen untuk pergi ke Prince Edward Station pintu A. Pintu tersebut berada di depan jalan Nathan Road, tepat di belakang apartemen yang kami sewa. Jadwal shuttle bus pukul 6 pagi dan 15 menit sebelumnya kami harus tiba di sana untuk terlebih dahulu melakukan registrasi ulang. Jalan kaki selama 5 menit dan kami-pun sampai di lokasi. Sudah banyak pelari yang berkumpul di titik point tersebut, setelah registrasi ulang, pukul 06.08 pagi kami langsung memasuki bus menuju garis start di Pak Tam Chung.

Suasana di dalam shuttle bus
Kurang lebih 40 menit perjalanan, kami akhirnya sampai di Pak Tam Chung, sudah banyak pelari dari berbagai negara yang akan merasakan lari di tanah hong kong. Event Hong Kong (HK) 100 ini merupakan rangkaian dari event Ultra Trail® World Tour Series, kadang banyak yang bilang Vibram® HK 100, karena memang sponsor utama untuk acara tersebut adalah merek dagang Vibram®. HK 100 merupakan series pertama dari total 11 series keseluruhan event Ultra Trail® World Tour Series. Detail race yang tergabung dalam rangkaian tersebut bisa di cek di http://www.ultratrail-worldtour.com.

Suasana pagi di Pak Tam Chung masih gelap dengan awan mendung dan angin yang cukup besar, dinginnya sudah terasa menusuk-nusuk kulit. Kurang lebih ada 1800 peserta lari dari 50 negara yang berbeda, untuk indonesia sendiri total ada 12 orang yang mendaftar di event ini dan hanya 11 orang yang akhirnya memutuskan berada di kerumunan pelari-pelari seluruh dunia. Orang indonesia yang ikut diantaranya Bang Sitor, Mba Pipin, Mba Lily, Mba Shindy, Mas Ivan, Mas Bambang dan sisanya merupakan Team Bandrex (BDG Explorer) yang terdiri dari Ombud, Cees Arief Wismoyono, Eza, Aziz dan saya sendiri.

Turun dari shuttle bus
Bersama Team Indonesia - Photo by. Josephine Pipin
Bersama Team Indonesia - Photo by. Josephine Pipin
Jarak yang akan saya dan yang lainnya hadapi adalah 100 km dengan total elevasi di atas 4500 meter. Total check point keseluruhan ada 10 buah, disetiap check point tersebut sudah merupakan water station untuk mengisi kembali tenaga para pelari. Penyimpanan dropbag ada dua tempat, yang pertama di check point 5 (Km 52) dan yang kedua di finish line. Jika dilihat dari elevation profile, jarak 52 kilometer di awal seperti terlihat landai, padahal elevasinya sudah setengah dari total elevasi yang akan dihadapi pelari.
HK100 Elevation Profile http://hk100-ultra,com
Target waktunya Ng Kwok Lun, pace dia di tahun 2015


Pak Tam Chung (Start Line), Km 0 di ketinggian 10 mdpl.

Pukul 06.55 pagi saya sudah sampai di Pak Tam Chung, waktu satu jam menuju perlombaan sudah berhasil membuat saya kedinginan. Rencana awal untuk memakai jaket wind proof setelah check point 5, ternyata tidak sesuai rencana, karena akhirnya saya memakai jaket tersebut dari awal. Dan juga penyimpanan celana panjang yang sebelumnya saya simpan di finish line, langsung saya pindahkan ke check point 5 untuk jaga-jaga apabila cuaca buruk, karena perasaan saya berbisik bahwa cuaca akan buruk setelah lihat kondisi di lokasi start.

Menunggu waktu start tiba, saya sudah mulai menyimpan dropbag ke pos-pos yang sudah dipisahkan panitia. Pemisahan tersebut berdasarkan nomor BIB dan tempat penyimpanan dropbag, apakah di check point 5 atau di finish line. Setelah itu saya dan yang lainnya saling mengabadikan moment saat-saat akan start. Terasa asing mengikuti event bukan di tanah sendiri, tetapi karena tahun 2016 total peserta Indonesia lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya, suasana menjadi lebih hangat, walaupun perasaan gugup (deg deg an) masih terus menyelimuti berada di event besar seperti ini.

Penyimpanan Dropbag
Suasana di Start Line
Angin tidak pernah berhenti bertiup, tiupannya mengiringi perhitungan mundur menuju dimulainya lomba lari HK 100. Akhirnya tepat pukul 08.00 Gmt +8, 1800 pelari bertahap meninggalkan garis start. Rute awal yang saya lalui adalah jalanan aspal, yang perlahan sedikit menanjak hingga kurang lebih 700 meter. Setelah itu saya melalui jalan yang lebih sempit dengan rute tangga, disini akan terjadi antrian panjang. Dan beruntung bagi penghuni garis depan, karena tidak akan mengalami antrian yang berarti. Saya juga beruntung bisa melewati jalur tangga ini tanpa hambatan berarti, jalur tangga yang panjang dan menanjak kurang lebih sekitar 1 km menjadi pembuka jalur HK 100 atau bisa disebut juga 'welcome drink'.

Suasana Saat Start - Photo by. Ko All Weather kwok
Suasana Saat Start - Photo by. Ko All Weather Kwok
Suasana Saat Start - Photo by. Ko All Weather Kwok
Setelah melewati jalur tangga, saya lalu melewati jalur tanah, jalur trail running sesungguhnya. Jalur tanah tersebut merupakan turunan dan tanjakan yang silih berganti sampai km 5,5. Dan setelah itu saya akan memasuki area Dam dengan jalur aspal sepanjang jalan sampai menuju support point di East Dam. 5,5 km menuju support point di km 11, anginnya sangat kencang, topi 'kojo' saya yang berwarna orange sempat kebawa terbang. Beruntung hanya jatuh di aspal, coba kalau kebawa terbang hingga ke laut lepas, pastinya saya bakalan nginjak bumi 3x buat manggil eza, karena untuk urusan air eza paling jago..hahaha.

Angin yang kencang sepanjang jalur aspal menuju support point menyulitkan saya untuk berlari, terutama saat arah angin berada di depan. Tetapi sebaliknya ketika arah angin berada di belakang saya, saya seperti 'disuntrungkeun' (didorong -red). Jadi lucu juga kalau di pikir-pikir berlari dengan angin yang sangat kencang, serasa ada yg menahan dan ada yg membantu dengan mendorong. Karena jalurnya adalah jalur Dam, maka memang wajar angin bakalan kencang. Ketika kiri atau kanan laut, otomatis angin akan memberi pengaruh pada saat kita berlari, karena daya dorong angin yang akan mendorong benda apapun yang berada di hadapannya.

Saya baru menyadari bahwa saya berlari berkejaran dengan Dong Li, juara 1 HK 100 Ultra Trail® 2016. Di km 4 saya sempat menyusul Dong Li di trek turunan, tetapi di km 7 saya disusul kembali oleh Dong Li. Km 9 saya bertemu Eza dan Cees, dan saya sempat minta di video sama Eza yang memegang Gopro. Hingga menuju support point saya akhirnya mendahului Eza, tetapi tetap di belakang Cees.

Photo by. Daniel Chung
Photo by. Daniel CHung
11 km awal dengan elevasi sekitar 290 meter, saya mencatatkan waktu selama 01:02:23 (satu jam, dua menit dan dua puluh tiga detik) dan berada di urutan 70 dengan rata-rata pace 5:40 menit/km.


East Dam (Support Point), Km 11 di ketinggian 60 mdpl.

Di sini merupakan support point, ada makanan  seperti pisang dan minuman berupa air mineral. East Dam yang berarti Dam sebelah timur, merupakan tempat ujung Dam, karena setelahnya saya akan kembali di beri tanjakan berupa tangga sejauh 1,5 km hingga km 12,5. Kalau ada tanjakan maka tersenyumlah, karena setelahnya bakalan ada turunan, tetapi senyum mu akan sedikit menipis ketika turunannya adalah tangga juga. Baru 13% jalan, sudah banyak menemukan tangga, mungkin latihan buat yang mau berumah tangga..hahaha.

Hanya 500 meter turunan tangga, dan setelahnya saya bertemu dengan pasir pantai. Tapi jangan senang dulu bertemu dengan pasir pantai, karena walaupun saya bisa melihat pantai, tapi sekitar 700 meter kemudian saya bertemu kembali dengan yang namanya tangga batu, yah tangga batuuuu, bukan tangga rumah, kalau tangga rumah saya bakalan senang karena bisa langsung masuk kamar dan tidur 2 hari 2 malam..hahaha.

Photo by. Ko All Weather Kwok
Photo by. Ko All Weather Kwok
Jalanan sejauh 1,5 km menuju km 15,2 akan menanjak tajam, karena total elevasi yang saya hadapi setinggi 314 meter menuju puncak Sai Wan Shan dan jalur yang dilaluinya adalah tangga dan batu. Setelah itu bersiap-siap untuk downhill, kurang lebih 3,8 km jalur akan menurun tajam kemudian landai hingga km 19. Ini trek yang saya idamkan, turunan panjang yang bisa saya hajar sampai tembus dikisaran pace 3,22. Dari km 18 hingga km 19 akan memasuki perkampungan kemudian memasuki pantai. Km 19 menuju km 20 jalanan akan menanjak dengan medan batu beton, setelah itu jalur akan menurun menuju pantai hingga bertemu dengan check point 1 di ketinggian 4 mdpl.

Photo by. Lao Yao
Total jarak yang ditempuh sejauh 10 km dengan total elevasi sekitar 502 meter menuju Ham Tin di Km 21, di sini tidak ada catatan waktu, karena catatan waktu digabung di check point berikutnya.


Ham Tin (Check Point 1), Km 21 di ketinggian 4 mdpl.

Photo by. Kit NG
Photo by. Kit NG
Di sini saya isi kembali perbekalan, terutama air minum yang berisi tailwind. Saya makan pisang dan jeruk sunkist juga disini, setelah itu saya langsung bergerak lagi dengan jalan kaki sambil memakan pisang. Jalur langsung sedikit menanjak dan memasuki  jalan setapak dengan rimbun pepohonan. 1,5 km jalanan landai dan setelah itu jalur akan kembali menanjak dengan trek batu beton sampai dengan km 23,5. Sekitar 2 km akan kembali menurun dan memasuki perkampungan lagi.

Sisa 2,5 km menuju check point berikutnya, jalur akan bervariasi dari batu beton, tangga, tanah dan batuan. Total sekitar 356 meter ketinggian yang akan ditempuh sejauh 7 km menuju km 28.

Photo by. Yau Gor
Photo by. Yau Gor
Sampai di check point 2, saya bertemu dengan tante Ojel. Dia menanyakan tentang Cees 'Alan kalau Arief dimana?', saya bilang 'Bukannya Cees di depan saya?'. Dia langsung berkata lagi sambil terlihat cemas ' Ngga, kamu yang pertama sampai. kenapa kamu gak ketemu sama Arief?'. Saya yang sambil ngos-ngosan bilang ' Saya ketemu sama Cees tapi dia berada didepan saya, dan Aziz dari awal sepertinya didepan saya, kenapa saya jadi yang di depan mereka?'. Tante Ojel hanya terus memastikan bahwa saya yang paling depan, karena dia dari tadi sudah berada di check point 2. Dengan perasaan cemas dia membantu saya menyiapkan keperluan yang saya butuhkan agar saya bisa kembali lanjut berlari.

Di check point 2, tepatnya di daerah Wong Shek. Waktu yang saya catatkan adalah 01:56:39 (satu jam, lima puluh enam menit dan tiga puluh sembilan detik), dengan jarak tempuh 17 kilometer dan total elevasi 396 meter. Saya merangkak ke posisi 51 dengan rata-rata pace 6:51 menit/km.


Wong Shek (Check Point 2), Km 28 di ketinggian 8 mdpl.

Setelah saya selesai mengisi perbekalan, saya lanjut berjalan kaki sambil makan nasi sushi polos dan kacang-kacangan yang terdiri dari kacang mete dan almon, saya juga membawa roti isi selai kacang. Water station disetiap check point sangat berlimpah, tidak perlu takut kehabisan dan juga makanannya enak-enak.

Jalur yang saya lalui setelah keluar dari check point adalah aspal yang sedikit menanjak, kurang lebih 2 km kemudian jalur akan kembali ke trek tanah yang terkadang ada akar dan batu yang menghiasi jalur tersebut. Sejauh 2,5 km jalurnya landai, tanjakan dan turunannya tak berarti, tetapi setelah km 32,5 mulai menghadapi tanjakan hingga 1,5 km. Trek sepanjang jalan masih dihiasi tanah dan batuan makadam yang jarang. 2 km menuju check point jalurnya mulai kembali ke tangga, batu beton dan aspal. Sungguh tangga menjadi bagian yang tak terpisahkan sepanjang jalan.

Photo by. Yau Gor
Photo by. Terrence Lee
Total 8 km dilalui dengan catatan waktu selama 01:06:42 (satu jam, enam menit dan empat puluh dua detik), dengan total elevasi setinggi 285 meter. Di check point 3, posisi saya turun ke posisi 70 dengan rata-rata pace 8:20 menit/km.


Hoi Ha (Check Point 3), Km 36 di ketinggian 5 mdpl.

Cek point 3 di daerah Hoi Ha berada di pinggir jalan, tepatnya di trotoar. Saya hanya mengambil beberapa makanan termasuk coklat, coklat toblerone bungkus kecil saya ambil satu genggam tangan, kemudian saya masukkan kedalam tas. Setelah itu saya lanjut berjalan di jalur trotoar dengan sebelah kiri adalah jalanan untuk kendaraan.

Trek HK 100 banyak jalur jalan rayanya, hanya saja di daerah yang dijadikan jalur untuk trek HK 100 ini merupakan jalanan sepi, sehingga jarang ada kendaraan. Mungkin kalau di Indonesia merupakan daerah perkampungan, hanya saja melihat perkampungan di Hong Kong sangat jauh berbeda dengan perkampungan di Indonesia.

Photo by. Ec Windblow
Photo by. Ec Windblow
800 meter setelah melewati jalan trotoar, saya memasuki jalan setapak yang merupakan batu beton hingga 2 km. Sebelum kembali memasuki jalur tanah lagi, saya harus melewati jalur tangga dan batu. 2 km hingga km 40,8 jalurnya naik turun dengan trek tanah dan batu, jalur setapak dengan kiri kanan pepohonan.

Kilometer sisa menuju check point 4 di km 45 akan dihiasi jalur setapak batu beton dengan pemandangan pepohonan dan perkampungan. Bisa dibilang jalur HK 100 memang jalur dengan pemandangan yang bagus, sepanjang saya berlari sejauh 45 kilometer, banyak pemandangan indah berupa pemandangan alam perbukitan, pantai, laut, taman dan perkampungan. Beberapa kali saya melewati pemandangan yang indah saat berada di puncak jalur, dan juga suasana asri yang sering saya lewati.

Photo by. Radium Cheung
Photo by. Radium cheung
Di kilometer 40-an saya awalnya bertemu dengan Aziz, tapi Aziz akhirnya terus melaju kedepan meninggalkan saya. Dan juga sebelum masuk check point 4 saya juga bertemu dengan Cees, dan Cees juga akhirnya duluan kedepan. Kilometer ini merupakan kilometer kritis saya, karena tenaga saya sudah mulai habis terkuras. Permasalahan utamanya, energy gell/energy drink yang saya bawa, sudah mulai ditolak oleh perut. Dari sini saya mulai memanfaatkan makanan/minuman yang ada di water station. Dan beruntung mulai km 45 sudah ada air panas dan makanan panas yang tersedia.

Cuaca yang sangat dingin mulai menuntut saya untuk menkonsumsi makanan/minuman yang lebih hangat, ini yang menjadi kendala juga, karena saya perlu waktu lebih untuk proses pencernaan makanan tersebut, sebelum saya kembali harus berlari, dan juga air panas tidak bisa saya bawa saat saya berlari, karena akan kembali dingin.

Jarak yang ditempuh menuju check point 4 sejauh 9 kilometer dengan total elevasi setinggi 246 meter. Catatan waktu saya adalah 1:20:00 (satu jam, dan dua puluh menit), semakin lama dari sebelum-sebelumnya. Posisi saya semakin menurun ke posisi 110 dengan rata-rata pace 8:53 menit/km.


Yung Shue O (Check Point 4), Km 45 di ketinggian 10 mdpl.

Sampai di check point 4 saya masih bisa ngobrol dengan Cees, dia tampak sudah mulai segar kembali dan langsung melanjutkan lomba menuju check point selanjutnya. Saya langsung minta air teh panas, menikmati minuman tersebut sambil duduk dan menikmati berdiam diri. Saya coba untuk membuat tubuh dan pikiran saya santai dan tenang, sambil saya mulai mencari makanan apa yang pas untuk mengisi energi saya yang sudah habis. Saya makan pop mie, coklat panas, sup hanya saya cicipi dan tidak saya makan karena rasanya aneh, saya makan kacang-kacangan, saya bekal coklat yang saya masukkan kedalam vest.

Setelah istirahat kurang lebih 15 menit, saya melanjutkan kembali perjalanan menuju check point 5 tempat penyimpanan dropbag. Jarak sejauh 7 km menuju check point 5 akan dihadapkan dengan jalur menanjak dan menurun tajam, kurang lebih elevasinya sekitar 500 meter menuju puncak Kai Kung Shan di ketinggian 399 mdpl dan turun kembali ke ketinggian 85 mdpl di Kei Ling Ha.

Photo by. HK Run
Photo by. Yannie Chang
Photo by. Yannie Chang
Tanjakan saya lalui sekitar pace 12 - 16, ada sedikitnya tenaga baru yang bisa saya gunakan untuk terus berjalan melewati tanjakan. Jalur sudah merupakan trek trail dengan variasi tangga batu. Sesudah saya melewati tanjakan sampai ke puncak Kai Kung Shan, saya akan menukik turun dengan jalur variasi juga yang tak lepas dari tangga batu. Saya lalui turunan menggunakan pace 5 - 7.

Senang rasanya sampai ke check point 5, tapi bayangan check point 5 tidak sesuai harapan. Saya membayangkan ada velbet di dalam tenda pleton untuk bisa rebahan, kenyataannya hanya ada lahan luas terbuka yang terdiri dari kerumunan orang yang sibuk kesana kemari. Stand makanan dan minuman yang berjejer, dropbag warna biru yang berjajar begitu banyak, kursi-kursi yang berisi para peserta. Itu yang terlihat oleh saya saat sampai di Kei Ling Ha.

Photo by. Unknown
Saya dihampiri tante Ojel, dia memberi tau bahwa Cees dan Aziz barusan sudah lanjut berlari ke check point berikutnya. Waktu sekitar jam 2 siang lebih, saya menanyakan perihal air tempat untuk bersih-bersih dan berwudlu, tapi tante Ojel juga kebingungan sambil melihat-lihat dimana tempat tersebut. Saya melihat sekeliling, tetapi malah menjadi bingung melihat keadaan sekitar. Saya mencoba minum teh manis panas yang ditambahkan gula tambahan dari bekal tante Ojel, saya cicipi pasta juga, tetapi rasanya kurang enak sehingga tidak saya habiskan. Coklat yang sebelumnya saya bawa dari mulai check point 3, saya masukkan kedalam dropbag untuk oleh-oleh..hahaha

Jarak yang ditempuh menuju check point 5 sejauh 7 kilometer dengan total elevasi setinggi 637 meter. Catatan waktu saya adalah 1:11:52 (satu jam, sebelas menit dan lima puluh dua detik). Posisi saya turun 8 peringkat ke posisi 118 dengan rata-rata pace 10:16 menit/km.


Kei Ling Ha (Check Point 5), Km 52 di ketinggian 80 mdpl.

Photo by. Yao Lao
Kei Ling Ha begitu ramai dengan hiruk pikuk orang-orang, mungkin ada puluhan orang yang silih berganti memenuhi area seluas 40 x 10 meter. Di sini saya mulai memanfaatkan waktu untuk memenuhi segala keperluan saya, seperti pakaian yang saya ganti dengan warm baseslayer dan juga celana panjang, sepatu adidas energy boost saya ganti dengan raven boost yang baru saya beli 2 hari sebelum race, kaos kaki masih sama tidak saya ganti, multi slayer ikut saya ganti dari bekal yang sudah saya siapkan didalam dropbag.

Saya sempat bertemu dengan Pierre Raidlight, mengobrol sebentar tentang race HK 100 kali ini yang beda dari biasanya karena cuaca yang kurang bagus. Tante Ojel ikut bersama Pierre untuk mensupport Francois yang merupakan atlet Salomon (juara 1 vibram HK 100 2016, UTMF 2014, UTMB 2014) dan juga mensupport Cees yang sudah di pinang oleh Raidlight.

26 menit waktu istirahat yang saya pergunakan untuk memenuhi segala keperluan saya, setelah itu saya melanjutkan lomba dengan berjalan kaki, karena trek yang saya hadapi langsung tanjakan aspal. 50 km kedua merupakan tantangan sesungguhnya di HK 100 Ultra Trail® seperti yang dikatakan Pierre.

Di sini rasa ngantuk dan lelah mulai menyerang, saya coba terus paksakan dengan berjalan terus dan sesekali berhenti. Jalur yang saya lewati akan terus menanjak hingga puncak Ma On Shan di ketinggian 580 meter, kurang lebih 5 kilometer jarak yang akan ditempuh menuju puncak Ma On Shan. Tangga, batu, tanah terus menghiasi perjalanan, pemandangan kiri dan kanan adalah pepohonan, angin mulai terasa sangat kencang apabila pepohonan sudah mulai jarang. Saya terus bergerak selangkah demi selangkah, walaupun terasa seperti tidak ada tepinya, tapi saya terus berusaha untuk bergerak.

Photo by. Vicma lee
Photo by. Lucien Chan
Saya mencoba berfikir keras untuk melawan rasa kantuk dan lelah, karena jarak yang harus ditempuh sejauh 13 kilometer menuju Gilwell Camp dan itu harus saya lewati tanpa air. Cuaca dingin yang tembus sampai 2 derajat, memaksa perut saya tidak bisa menkonsumsi minuman dingin. Air panas adalah satu-satunya yang bisa saya konsumsi, entah kenapa ini masih menghantui. Padahal sebelumnya saya sudah mencoba latihan ke Pangalengan, dan aman ketika saya mengkonsumsi air dingin. Tapi memang perbedaan suhunya jauh, Pangalengan sekitar 15 derajat, sedangkan ini tembus ke angka 2 derajat.

Sampai puncak Ma On Shan di km 57 angin begitu kencang sekali. kalau saya prediksi dari tamparannya ke tubuh saya, kecepatan angin di puncak mencapai 65 knots atau setara 120 km/jam, karena angin tersebut sukses menggiring saya hampir jatuh ke lembahan. Saya tidak tau ada apa di dalam lembah, kenapa angin tersebut mau menggiring saya ke lembah..hmmmmm...mungkin karena ini merupakan angin gunung, angin yang dialirkan dari gunung menuju lembah, sehingga si angin menggiring saya menuju lembah. Pada sore hingga malam yang akan terjadi memang angin gunung, sedangkan di siang hari yang akan terjadi adalah angin lembah, angin yang bertiup dari lembah ke gunung. Wahhh kenapa saya jadi ngebahas tentang si angin..hahaha.

Photo by. kelly Deng
Photo by. Kelly Deng
Photo by. Kelly Deng
Photo by. Kelly Deng
Photo by. Kelly Deng
Photo by. Kelly Deng
Setelah melewati puncak Ma On Shan, saya langsung dihadapkan turunan sejauh 3 km hingga ketinggian 300 mdpl. Turunannya berupa tangga, batu dan tanah, campuran khas trail Hong Kong. Saya sudah tidak bisa berlari cepat, hanya lari pelan dan sekali saya berhenti di 'saung', saya berhenti karena ngantuk berat, saya coba rebahan sebentar, dan kemudian saya lanjutkan lagi menuju check point selanjutnya. Km 60 hingga 62 jalurnya akan menanjak kembali, kemudian turunan kembali di km 62 hingga 63,5, dan tanjakan lagi hingga km 64,5, lalu setelahnya turunan sampai check point di km 65.
ket : saung merupakan kata dalam bahasa sunda yang artinya gubuk

Menuju check point 6 jalanan sudah mulai agak gelap, mungkin sekitar jam 5.30 sore. Rimbunan pohon membuat suasana terasa gelap, saya belum memakai headlamp hingga sampai check point. Beberapa kali saya hanya duduk dan memejamkan mata di tanah, bersender pada batuan, hingga pelari lain membangunkan dan memastikan saya ok. Saya bertemu dengan pelari jepang beberapa ratus meter menuju check point 6, sempat mengobrol ketika makan pop mie di check point 6, bercerita santai tentang kondisi masing-masing. Dia kemudian lanjut, sedangkan saya masuk ke warm tent untuk memejamkan mata dan menghangatkan tubuh.

Waktu yang di tempuh sejauh 13 km sebenarnya kurang lebih 2,5 jam, tetapi di catatan waktu tercatat 4:20:57 (empat jam, dua puluh menit dan lima puluh tujuh detik). Itu merupakan total waktu saya hingga keluar meninggalkan Gilwell Camp, karena saya lama berada di Gilwell Camp sekitar 2 jam untuk memejamkan mata. Dari sini posisi saya semakin turun drastis ke posisi 454, 300an lebih turun posisi, jika di rata-ratakan pace saya sampai keluar dari Gilwell Camp adalah pace 20:04 menit/km atau sekitar 12:31 menit/km jika dihitung pas masuk ke check point 6. Untuk total elevasi yang saya tempuh sejauh 13 km adalah setinggi 860 meter.


Gilwell Camp (Check Point 6), Km 65 di ketinggian 406 mdpl.

Sampai di Gilwell Camp saya langsung mencari teh manis panas, ternyata belum tersedia. Hanya di check point 6 saja yang minumannya belum di siapkan, jadi saya harus menunggu. Sambil menunggu saya makan pop mie, dan ini merupakan pop mie terenak sepertinya. Saya tidak tau pop mie tersebut halal atau tidak, saya hanya memakan mie nya saja tanpa isian yang ada di dalamnya dan tentunya sambil bismillah. Saya coba minum kopi, tapi kopinya tidak enak, dan akhirnya saya hanya minum teh panas saja.

Setelah itu saya mulai lihat sekeliling dan menemukan ada warm tent, tidak menunggu lama dan saya langsung masuk ke dalam. Di dalam warm tent hanya berisi selimut saja dengan alas terpal dan kardus, kebetulan hanya saya saja yang berada di warm tent, saya langsung merebahkan diri sambil berselimut. Tak lama mata saya terpejam dan saya masuk ke dalam alam bawah sadar yang membawa saya ke berbagai hal yang disebut mimpi.

Saya tidak terlalu ingat apa yang saya impikan, yang saya ingat, saya terbangun sekali. Saat terbangun, di sekeliling saya sudah banyak orang yang memanfaatkan selimut untuk beristirahat sejenak. Dan saat terbangun kedua kalinya, baru saya sadari, saya sudah cukup lama di dalam warm tent ini. Kurang lebih 2 jam saya terlelap, ketika melihat jam, saya langsung beranjak bangun dengan merasakan kaki terasa berat untuk melangkah. Ketika itu sekitar jam setengah delapan malam, saya bergerak keluar warm tent dan berjalan menuju check point selanjutnya.

Jalanan sudah gelap, saya berjalan di jalan aspal dengan sorotan cahaya yang keluar dari headlamp yang saya kenakan. Jalur menanjak, perlahan saya berjalan sambil terhuyung, saya berada di sisi kanan dan tiba-tiba saya sudah berada di tengah jalan. Sudah mulai tak terkendali, saya tidur sambil berjalan. Tanjakan dan turunan akan menghiasi 8 kilometer perjalanan menuju check point selanjutnya, aspal dan tangga yang paling dominan saya lewati.

Di gelap malam hujan mulai turun, rintikannya memaksa saya menggunakan goresek (jas hujan kantong plastik). Setelah melewati aspal, saya akan menghadapi tangga yang sudah tidak asing lagi. pemandangan malam yang saya lihat begitu indah, city light yang menemani saya selangkah demi selangkah menghabiskan tangga tak bertepi. Tanjakan dan turunan silih berganti, bunyi gesekan goresek yang bersahutan dengan suara yang mendengung di dalam pikiran, semakin lama suara itu semakin jelas terdengar dan membawa saya menuju Beacon Hill yang begitu ramai dengan suara musik yang terlantun keluar dari speaker. Akhirnya saya sampai di check point 7, Beacon Hill di km 73.

City Light yang sempat saya abadikan di km 69
8 km saya lalui menuju km 73 dengan catatan waktu selama 01:44:21 (satu jam, empat puluh empat menit dan dua puluh satu detik), total elevasi yang menemani trecking poles saya adalah 430 meter. Saya terus-terusan terjun posisi, kali ini posisi saya berada di urutan 467 dari total 1800 pelari.


Beacon Hill (Check Point 7), Km 73 di ketinggian 418 mdpl.

Beacon Hill begitu ramai dan hangat, banyak anak-anak boyscout yang menjadi volunteer. Kalo disetarakan usia mereka setara golongan siaga dan penegak atau masih duduk di bangku sekolah dasar. Mereka membantu para pelari memenuhi segala kebutuhan semampu yang mereka bisa, mereka begitu antusias dan ceria menawarkan berbagai makanan dan minuman kepada saya dan pelari lainnya, sambil bernyanyi mereka saling menukar tawa menikmati tugas yang mereka emban.

Alunan musik, api unggun dan keceriaan menemani saya melewati jarak yang sudah 73% saya lalui. Saya sedikit minum coca cola, teh manis panas, coklat panas, pasta yang tetap saya tidak bisa habiskan karena faktor rasa yang kurang cocok di lidah, roti selai stroberi yang terasa sangat nikmat dan coklat toblerone. Perlahan saya nikmati suasana tersebut, suasana yang entah kapan saya bisa rasakan kembali, saya hanya terdiam dengan mata menerawang entah kemana dan sesekali saya hanya terpejam merasakan semua itu.

Kali ini saya tidak mengejar apa-apa, karena target saya sudah jauh di bawah sana terbawa angin dengan kecepatan berpuluh-puluh knots. Saya hanya ingin merasakan apa yang bisa saya rasakan, dan mencoba menyelesaikan sisa kilometer yang tinggal berjarak seperempat.

Jiwa ku melayang
Meninggalkan sang raga yang sedang terdiam
Aku terbang
Melihat Beacon Hill yang begitu terang

Ramai, apa yang sedang aku lihat
Sekeliling aku lewati tanpa sayap

Andai ada bebintang
Aku pasti akan menari dengannya
Karena alunan musik sudah siap bergenderang
Membunuh semua mata yang ingin terpejam

Beacon Hill, bangunkan aku
Lalu bawalah aku ke Tai Mo Shan

Api unggun melambai-lambai dalam kegelapan angan saya, menyuruh saya untuk kembali bergerak melewati setiap batuan yang kokoh, setiap petak aspal yang begitu keras, setiap tanah yang tertapak mengikuti alur. Keluar dari Beacon Hill, jalur akan turun melewati tangga dan kemudian jalan setapak dengan kiri kanan pepohonan dan juga kuburan. Beberapa kilometer saya lalui, mata mulai mengamuk meminta waktu untuk terpejam, kiri dan kanan saya awasi untuk mencari tempat yang bisa saya singgahi. Tidak ada tempat yang bisa saya singgahi, yang ada hanya hutan sunyi dengan keriuhan suara angin menerpa dedaunan. Sekilas mata saya menemukan sebuah gubuk, saya berhenti sebentar untuk coba memejamkan mata, tetapi berkali-kali mata saya terbuka dan akhirnya saya menyadari bahwa itu bukanlah sebuah gubuk biasa, itu adalah kuburan, kuburan di tengah hutan. Tanpa pikir panjang saya langsung melanjutkan perjalanan menuju check point selanjutnya.

Keluar dari hutan yang menyimpan tengkorak-tengkorak manusia di dalam tanah, saya masuk ke jalan raya dan melewati jembatan penyebrangan, kemudian setelahnya saya memasuki jalan aspal yang panjang dengan keadaan sadar tidak sadar karena pengaruh mata yang terkatup-katup ingin terpejam. Angin berhembus tetap kencang, beruntung goresek membantu saya untuk tetap hangat, walaupun akhirnya muka saya yang harus menjadi sasaran belaian sang angin. Saya harus menanjak kembali sejauh 2 kilometer untuk bisa bertemu dengan turunan yang hanya seperempat dari tanjakan yang sebelumnya saya lalui.

Sekali tanjakan dan sekali turunan mengantarkan saya menuju km 80 di check point 8. Meleset dengan perkiraan elevation profil yang seharusnya di km 83, garmin dan tanda panitia menunjukan ini di km 80. 7 km sudah saya lewati dengan waktu kurang lebih 2 jam, saya sempat masuk kembali ke warm tent sekitar satu jam, sehingga waktu total ketika saya keluar dari Shing Mun Dam adalah 03:02:07 (tiga jam, dua menit dan tujuh detik). Rata-rata pace saya dengan mengambil waktu total adalah di angka pace 18:12 menit/km dengan total elevasi yang di tempuh setinggi 212 meter. Posisi saya kembali menurun di angka 636 karena saya membuang waktu di warm tent.


Shing Mun Dam (Check Point 8), 24 Januari 2016, Km 80 di ketinggian 180 mdpl.

Sampai di Shing Mun Dam ada pengecekan mandatory gear. Di setiap lomba ultra trail, selalu ada perlengkapan yang wajib dibawa. Untuk HK 100 ini, barang-barang yang termasuk mandatory gear diantaranya : Handphone, headlamp, baterai, peluit, emergency blanket, vest + tempat penyimpanan air sebanyak 1,5 liter (bisa botol atau bladder), 2 energy bar atau sejenisnya, ziplock bag untuk sampah, race BIB dan uang tunai. Pengecekan mandatory gear tidak akan semuanya di cek, pengecekan dilakukan secara acak. Untuk tahun 2016 yang di cek adalah handphone dan emergency blanket, saya lolos karena saya memang membawa semua mandatory gear. Apabila ada salah satu mandatory gear yang tidak di bawa, maka akan ada pengurangan waktu dan bahkan yang terparah bisa sampai di diskualifikasi untuk hukumannya.

Selesai pemeriksaan saya hanya mengambil air teh panas dan kemudian masuk ke warm tent, rasa kantuk mengalahkan rasa lapar sekalipun. Satu jam saya berada di warm tent untuk istirahat, setelah itu saya lanjut menuju lead mine pass. Waktu sudah menunjukkan tengah malam, garmin fenix 3 saya menunjukkan layar hitam karena baterai telah habis dimakan waktu. Saya kembali berjalan keluar dari check point 8 melewati tangga-tangga yang masih tidak bosan untuk menampakkan diri, tanjakan
yang langsung menukik menuju Needle Hill dan lanjut ke Grassy Hill di ketinggian 647 mdpl.

Sejauh mata memandang, puncak terlihat begitu runcing. Tengah malam tidak menjadikannya gelap karena ada bayangan pasti yang menjadi petunjuk untuk tetap mendaki. Saya kehilangan arah dalam pikiran, pikiran saya berdebat mencari sebuah kebenaran. Apakah ini Tai Mo Shan atau bukan, karena di sekililing saya tidak melihat lagi puncak yang paling tinggi daripada ini. Setahu saya puncak tertinggi adalah Tai Mo Shan, tetapi saya belum bertemu dengan check point 9 kenapa saya sudah ada di Tai Mo Shan lagi. Perdebatan terus bergejolak dalam pikiran saya, tetapi kaki saya tetap bergerak melewati setiap pijakan yang ada.

Akhirnya saya berada di puncak Grassy Hill dan saya melihat turunan gelap yang menukik, karena saya harus turun menuju ketinggian 380 mdpl dengan jarak hanya 1 kilometer. Keadaan pikiran saya masih bergejolak membenarkan puncak Grassy Hill adalah puncak Tai Mo Shan. Turunan yang saya lalui menjadi saksi bisu perdebatan yang masih belum ingin berdamai di tengah kegelapan malam tanpa bebintang.

Lepas dari jalur trail, aspal sudah menanti, menguji keteguhan hati yang semakin gelap di tengah malam sunyi nan sepi. Kemanakah bintang yang bercahaya di langit 320?, sepertinya tak ada satupun bintang yang menerangi di sini, yang ada hanya hembusan nafas yang saling mengisi setiap kekosongan yang ada dan tak bertepi. Seperti tanjakan yang sejauh memata memandang, melihat kilauan cahaya headlamp menyeringai membenarkan bahwa tanjakan masih panjang untuk dilalui.

Km 86 menuju km 89 adalah tanjakan aspal panjang, gelap bukan berarti tidak bisa mengetahui apa yang terjadi, karena kilauan cahaya dari headlamp para pelari memberitahu sebuah kepastian, bahwa di depan adalah tanjakan panjang dan itu aspal. Menuju km 90 trek akan memasuki jalur tanah dan turunan, saat itu perasaan mulai lega karena check point terakhir sudah di depan mata. Yah Lead Mine Pass akhirnya mengakhiri semua perdebatan dan penantian di tengah kegelapan malam.

Ketika kita semakin mendekati akhir dari sebuah penantian, ada banyak rasa yang saling bersinggungan. Bahagia dan sedih akan saling mengisi satu sama lain, membuat sebuah ikatan rasa yang bernama LEGA.

10 km saya lalui dengan penuh semangat, kurang lebih 2 jam saya tempuh dengan total elevasi setinggi 1040 meter. Saya terlelap di sini, hingga total waktu yang tercatat saat keluar dari Lead Mine Pass adalah 04:24:01 (empat jam, dua puluh empat menit dan satu detik), posisi langsung turun drastis ke angka 788 akibat dari membayar waktu dengan mimpi.


Lead Mine Pass (Check Point 9), Km 90 di ketinggian 760 mdpl.

Sampai di Lead Mine Pass saya langsung disambut oleh seorang remaja puteri Hong Kong, bermata sipit dengan kulit putih dan rambut panjang yang terikat. Dia menawarkan saya mau minum apa dan menanyakan apakah saya membawa tempat minum, saya hanya menjawab bahwa saya tidak bawa tempat minum dan saya mau teh panas. Dia lalu meminta persetujuan untuk menggunakan tempat bekas pop mie, saya hanya mengiyakan karena memang saya butuh air panas. Akhirnya saya membawa minuman berupa teh panas ditambah susu yang saya bawa ke warm tent, badan saya langsung berselimut sambil menikmati teh susu panas.

Karena kelelahan saya akhirnya terdampar disebuah mimpi yang saya-pun ragu untuk mengingatnya, seingat saya ada seberkas cahaya yang membangunkan saya lewat suara dan ternyata itu adalah bunyi alarm yang memang sengaja sudah di set setiap hari. Saya kaget ketika alarm itu berbunyi, karena saya tau kalau alarm itu berbunyi berarti waktu sudah menunjukkan pukul 4.30 pagi. Dan 2 jam lebih saya terlelap di dalam warm tent.

Tubuh saya masih kaku, saya perlahan menggerakkan badan untuk keluar dari warm tent diantara kerumunan pelari yang sedang menikmati mimpinya masing-masing. Saya langsung lanjut berjalan meninggalkan kehangatan yang ampuh sudah membuang waktu berjam-jam lamanya. Tanjakan langsung melambai-lambai, trek terakhir ini merupakan trek penghabisan. Tidak ada pohon yang berkerumun, yang ada hanya batuan besar yang saling mengokohkan. Langit terasa dekat berada di atas kepala, saya hanya coba mendaki lebih cepat menyusul orang-orang yang ada di depan saya.

Langit langsung menurunkan cairan kondensasi bernama hujan, karena saya tidak melihat adanya awan atau pandangan saya sudah terhalang oleh angin kencang yang menyelimuti. Saya mulai berjuang dengan sapuan angin dan rintikan hujan yang semakin lama semakin menusuk wajah saya. Hidung terasa membeku, setelah saya coba pegang ternyata ada bunga es yang bersemayam dan menggelantung menjadikannya mati rasa. Perlahan tapi pasti saya mulai berada di akhir puncak Tai Mo Shan meninggalkan pelari lain yang saya susul satu persatu, dan ketika mulai menurun ada satu masalah lain yang timbul, jalanan mulai licin. Beberapa kali saya hampir terjatuh, tetapi beruntung keseimbangan saya masih bagus dan saya sukses melewati batuan dan trek tanah puncak Tai Mo Shan.

Jalur selanjutnya adalah aspal, masih ada sedikit tanjakan yang saya harus lewati. Saya berjalan di atas aspal dan melihat orang-orang mulai kesulitan untuk melangkah, dengan bantuan trecking poles saya terus mencoba melangkah, tetapi akhirnya saya harus ikut tergelincir sejauh 6 meter ketika sedang menanjak. Baru saya sadari jalanan aspal sudah menjadi lintasan es, jalan aspal membeku dan menjadi licin. Saya mulai perlahan melangkah untuk memperpendek jarak menuju garis finish yang tinggal sebentar lagi.

Jalur terakhir menuju garis finish adalah turunan aspal panjang hingga nanti beberapa ratus meter sebelum garis finish akan masuk kembali ke jalur tanah dan tangga. Harusnya ini bisa dilalui dengan mudah, tapi nyatanya lintasan aspal yang menjadi es membuat semuanya menjadi sulit. Saya harus jalan perlahan dan sesekali harus terjatuh dengan kepala menghadap langit, hentakannya membuat punggung saya sakit. Saya bertemu dengan cewek jepang yang beberapa kali saya tolong karena dia terjatuh sampai berkali-kali, yang paling parah ketika dia harus terjatuh dan tergelincir dari sisi kiri jalan ke sisi sebelah kanan jalan. Sisi kiri jalan adalah jalur yang paling aman di banding sisi kanan jalan, karena ada sedikit rerumputan yang membantu kaki berjalan lebih kokoh dan tidak tergelincir. Ketika tidak ada rerumputan dan sisi kiri jalan adalah lembahan, terpaksa saya harus perosotan. Perosotan sangat saya nikmati tetapi pantat saya yang jadi korban karena basah dan mulai dingin membeku.

Perosotan di aspal yang berubah jadi lintasan es - Photo by. Unknown
Saya lihat sepanjang jalan banyak orang yang sedang berkemah, terlihat beberapa tenda ketika saya melalui jalur tersebut. Semakin pagi jalanan semakin ramai, banyak orang-orang yang mulai berdatangan. Terjadi kemacetan karena antrian kendaraan yang tidak bisa bergerak maju. Di persimpangan jalan saya bertemu dengan mas Bambang tetapi di arah yang berbeda, saya sempat menyapa dan kemudian saya duluan lanjut untuk melanjutkan sisa-sia kilometer. Saya harus berjuang diantara kerumunan orang dan mobil untuk menginjakkan kaki ke garis finish, karena kerumunan tersebut menjadi pengganggu untuk melangkah. Jalur aman di sebelah kiri menjadi macet gara-gara kerumunan orang yang ingin menyaksikan cuaca ekstrem hong kong yang baru terjadi lagi setelah 60 tahun.

Akhirnya saya melihat marka jalur untuk berbelok ke kanan memasuki jalur tanah, disana saya menyadari sesuatu, ada orang yang saya kenal. Yahhh bang Sitor ternyata, akhirnya saya berbarengan dengan bang Sitor untuk menuju finish. Goresek saya buang sebelum masuk garis finish, setelah itu di kejauhan saya melihat gate finish. Sudah lama saya tidak menyentuh gate finish dalam 3 kali keikutsertaan ultra trail di atas 100K, permasalahan perut menjadi masalah utama yang menjadi ganjalan saya untuk menuntaskan race.

Tepat 24 januari 2016, jam 07:19:46 saya menuntaskan race 100K untuk pertama kali dengan catatan waktu 23:19:41 (dua puluh tiga jam, sembilan belas menit, dan empat puluh satu detik). Semoga ini menjadi awal kebangkitan saya untuk bisa mengejar mimpi-mimpi di tahun 2016 dan setelahnya. Walaupun waktu yang saya catatkan jauh dari harapan, karena 48 km sisa saya habiskan waktu begitu lama, yaitu 16:42:03 (enam belas jam, empat puluh dua menit, dan tiga detik), sedangkan 52 km pertama saya catatkan waktu selama 06:37:38 (enam jam, tiga puluh tujuh menit, dan tiga puluh delapan detik), posisi akhir di urutan 711 dari 1800 peserta.

Finisher HK 100 Ultra Trail - Bronze Award
Saya hanya selalu berharap dapat memberikan yang terbaik untuk segala hal yang saya lakukan, dan bisa membanggakan setiap orang yang saya sayangi dan menyayangi saya. Banyak hal yang akan terjadi di kehidupan, seperti hal nya di dalam race. Sabar dan pantang menyerah akan selalu menentukan jalan kita menuju akhir yang indah. Kita adalah perencana kehidupan, tetapi TUHAN lah yang akan membuat rencana kita menjadi nyata.


Finish Line - Rotary Club Park (Tai Mo shan Road), Km 100 di ketinggian 467 mdpl.

Finish 100K bareng bang sitor
Ketika sampai di garis finish, saya langsung menuju tenda panitia untuk mengambil hoodie dan bronze award trophy, tapi saya disuruh menunggu 5 menit untuk pengambilannya. Sambil menunggu, saya pergi ke tempat pengambilan dropbag untuk mengambil barang-barang saya. Suasana di garis finish begitu dingin dan hujan masih menyelimuti, kedinginan mulai menghantui saya. Tetapi segelas coklat panas sedikit memberi sebuah kehangatan.

Semua Membeku
Bunga-bunga Es Bertebaran
Finish Tanpa Cidera Dengan Sepatu Baru
Saya akhirnya bisa mengambil hoodie dan trophy setelah menerima print out catatan waktu. Saya langsung pakai hoodie tersebut untuk menghangatkan tubuh saya yang semakin kedinginan. Suasana finish ramai dengan orang yang berlalu lalang, silih berganti untuk menyelesaikan setiap kegiatan mereka. Saya yang sudah tidak bisa berlama-lama akhirnya pergi dari venue acara menuju tempat pemberhentian bus untuk pulang kembali ke apartemen.

Perjalanan ke apartemen harus dilalui menggunakan bus menuju perkotaan, karena Tai Mo Shan Park berada di pinggiran dan juga keadaan yang sudah macet parah akibat volume orang yang bertambah di tengah jalan ber-es. Saya akhirnya menggunakan bus ke Tsuen Wan, dari sana saya menggunakan taxi untuk pergi ke Portland Road tempat apartemen saya berada. Saya menunggu lama untuk mendapatkan bus, di tempat pemberhentian bus saya bertemu dengan orang lokal yang baik. Mereka memberi saya penghangat badan yang bisa di shake dan juga yang ditempelkan di baju.

Pemberhentian Bus
Untuk rute event HK 100 Ultra Trail 2016, sejauh 80 km saya bisa share di strava (https://www.strava.com/activities/477187082), kurang sekitar 20 km karena jam garmin saya keburu kehabisan daya saat saya tertidur di Shing Mun Dam.




Beruntung saya bisa mengikuti event ini, banyak hal yang bisa saya dapatkan. Pelari-pelari di dunia itu begitu banyak, trail running banyak dicintai orang-orang karena memang sangat menyenangkan bisa berlari bersama alam yang indah. Indonesia dengan keindahan yang beragam harusnya bisa menjadi kiblat trail Asia, semoga nanti beberapa tahun ke depan saya bisa melihat rinjani ramai oleh ribuan pelari di seluruh dunia yang menikmati betapa megahnya alam indonesia.

Dari tenggara menuju timur asia
Aku terbang sejauh ribuan kilometer
Aku terbang untuk melihat dunia
Dan aku berlari melintasi jalanan yang berjejer

Pak Tam Chung kau menyambut ku dengan angin kencang
Dinginnya menusuk walaupun tubuh ku sudah terhalang

Gilwell Camp aku terbuai dalam dekapan mu
Hingga akhirnya aku dan alam bawah sadar menyatu

Tai Mo Shan kau puncak tertinggi
Butiran es kau kirim untuk kami para pelari

Aku terbuai oleh semua yang kau berikan
Hingga angan ku terbang menghilang
Hingga angan ku tak bisa lagi ku pegang

Hingga akhirnya aku beruntung
Diantara ratusan pelari yang terjebak di gunung
Karena gate yang terbentang di depan mata
Memaksa ku mengakhiri semua cerita


Gear HK 100 Ultra Trail®

Racepack yang saya dapatkan dari event ini berisi kantong plastik sebanyak 2 buah untuk dijadikan tempat dropbag, kaos event dari kailas, gantungan kunci vibram, tatto jalur HK 100, tempat minum yang bisa dilipat, multi slayer dan lainnya.

Saat lomba saya menggunakan beberapa gear, diantaranya :

  • Sepatu Adidas Energy Boost (52 km)
  • Sepatu Adidas Raven Boost (48 km)
  • Kaos Kaki Adidas (full)
  • Celana Pendek Salomon (full)
  • Celana Panjang NB (48 km)
  • Kaos Event Kailas (52 km)
  • Kaos Bandrex Edisi Vibram (full)
  • Warm Base Slayer Nike (48 km)
  • Jaket Windproof Salomon (full)
  • Multi Slayer (2 buah 52 km dan 2 buah 48 km)
  • Topi Kojo Orange (full)
  • Trecking Poles Black Diamond (48 km)
  • Vest UD SJ Ultra (full)
  • Jam Garmin Fenix 3 (80 km)
  • Sarung Tangan Mont-Bell (full)

Biaya Untuk Mengikuti Event HK 100 2016

Mengikuti acara lari di luar negeri tentunya butuh dana tidak sedikit, akomodasi akan menjadi sumbangsih dana yang cukup besar bagi tabungan si celengan ayam. Saya coba jabarkan perincian dana yang dikeluarkan untuk mengikuti event tersebut.

1, Biaya Pendaftaran

Awal bulan september pre-registrasi akan dibuka (saya daftar pada tanggal 7 september 2015), dan agar bisa memiliki kupon undian untuk mengikuti acara HK 100, kita harus menyisihkan dana sebesar 100 HKD sebagai nilai keseriusan untuk mengikuti acara tersebut. Uang 100 HKD ini merupakan jenis sumbangan yang tidak bisa dikembalikan ketika kita tidak beruntung/tidak terpilih. Pengundian akan diumumkan tanggal 11 september 2015, dan setelah saya terpilih (12 orang indonesia yang mendaftar, semuanya terpilih pada saat pengundian), saya harus membayar biaya registrasi sebesar 1380 HKD. Diberi tenggang waktu selama 3 hari untuk melunasi pembayaran, yaitu sampai tanggal 14 september 2015. Saat registrasi, saya sudah memasukkan biaya shuttle di dalam registrasi, dikarenakan tempat menginap menuju tempat start cukup jauh, dan juga karena saya akan lomba, lebih aman untuk menggunakan shuttle dibanding saya menggunakan angkutan umum.

Total biaya pendaftaran :
Pre-Registrasi = 100 HKD x 1844 (kurs hong kong dollar ke rupiah) = Rp. 184.400
Registrasi = 1380 HKD x 1866 = Rp. 2.575.080
Shuttle dari apartemen menuju garis start = 85 HKD x 1800 = Rp. 153.000

Jadi biaya untuk pendaftaran sebesar Rp. 2.912.480, pembayaran tersebut harus menggunakan kartu kredit. Perbedaan hari pembayaran akan mempengaruhi besaran rupiahnya, karena tiap hari akan terjadi fluktuatif terhadap nilai kurs rupiah.

2. Akomodasi

Jarak dari bandung menuju hong kong apabila di kilometer-kan, maka jaraknya kurang lebih 3312 kilometer atau setara 3 kali bandung - bali. Kalau kita duathlon (lari dan renang) kesana, entah kapan kita bisa sampai, itu juga kalau selamat dari ikan hiu yang mengamuk karena di negara sana sering dijadikan sop. Kebetulan saya mendapat tiket promo dari bandung menuju hong kong dengan sekali transit di kuala lumpur seharga Rp. 2.770.000 PP menggunakan maskapai everyone can fly (Air Asia). Harga segitu belum termasuk bagasi, bagasi untuk 20 kg seharga Rp. 300.000, jadi kalo PP tinggal di kali 2 aja. Tetapi karena bagasi kita udunan, makanya untuk biaya bagasi di bagi oleh 5 orang.

Pesawat Air Asia PP Rp. 2.770.000
Bagasi PP (Rp.300.000 x 2) : 5 orang = Rp. 120.000

Total untuk biaya pesawat adalah Rp. 2.890.000 (sudah termasuk pajak bandara)

Saya dan teman-teman BDG Explorer menginap selama 7 hari di hong kong, kami sewa apartemen di daerah dekat mong kok. Kami menggunakan bantuan airbnb untuk mencari penginapan tersebut dengan biaya sebesar Rp. 14.324.430 selama satu minggu (sudah termasuk fee airbnb), penginapan tersebut untuk 8 orang, tetapi kita hanya 6 orang, jadi pembagiannya dibagi 6 orang. Kelebihannya sewa satu apartemen seperti itu yaitu fasilitas sudah lengkap. Didalamnya sudah ada kompor, alat masak, alat makan, mesin cuci, kulkas, reskuker, air panas untuk mandi, perlengkapan mandi, tv, wi-fi. Kita tinggal beli bahan mentah untuk dimasak dan akan sangat membantu untuk menekan pengeluaran, karena biaya hidup di hong kong termasuk mahal, apalagi untuk muslim yang tidak bisa sembarang memakan makanan.

Cara untuk menghemat lainnya adalah dengan membawa makanan dari indonesia, kami juga bawa makanan seperti dendeng, abon dan mustofa sebagai teman nasi. Jadi kami hanya perlu menanak nasi dan akan sangat menghemat pengeluaran. Untuk udunan membeli bahan makanan sebesar 70 HKD per orang dan sudah bisa buat makan seminggu selama di hong kong.

3. Biaya Lain-lain

Selama di hong kong saya sekalian ingin mengenal hong kong, jadi saya sudah siapkan biaya-biaya untuk keperluan transportasi ke tempat-tempat yang akan di tuju dan juga biaya untuk beli makanan dan minuman ringan, sesekali untuk mencoba juga makan makanan di hongkong. Oleh-oleh juga harus coba dianggarkan, yah sedikitnya kita bisa kasih sesuatu ke teman kantor yang sudah direpotkan oleh pekerjaan yang sudah saya tinggalkan. Saya membawa 800 HKD untuk keperluan dan oleh-oleh (sudah termasuk biaya udunan untuk beli bahan makanan). Detailnya nanti akan saya ceritakan dipostingan selanjutnya (pre race dan post race).

Total Semua Biaya :
Registrasi = Rp. 2.912.480
Pesawat = Rp. 2.890.000
Penginapan = Rp. 2.387.405 ( 14.324.430 / 6 orang), sehari Rp. 341.058
Biaya lain-lain = Rp. 1.435.200 (800 x 1.794)

Jadi total anggaran untuk mengikuti race HK 100 ini adalah Rp. 9.625.085, kurang lebih untuk mengikuti event tersebut, kita harus mempersiapkan uang sekitar 9,5 juta. Biaya tersebut bisa lebih besar dan juga lebih kecil tergantung dari berapa lama kita tinggal, kurs rupiah terhadap hong kong dollar dan bagaimana kita menghemat pengeluaran. Saya dengan biaya tersebut sudah cukup terjamin, timbangan tidak turun ke arah kiri..hahaha. Dan juga bisa menikmati beberapa destinasi wisata di hong kong.

Sebenarnya ada banyak cara untuk bisa menekan budget, salah satunya kita bisa memanfaatkan couchsurfing (www.couchsurfing.com) untuk menghemat biaya penginapan dengan mencari teman yang bisa jadi host kita. Dulu waktu ke singapura saya pernah dapat host orang singapura dan sangat membantu menekan budget, bahkan banyak hal menyenangkan yang akhirnya bisa saya dapatkan di negeri singa tersebut (ceritanya bisa di baca di sini).


Sponsor 

Alhamdulillah untuk mengikuti event HK 100 ini, ada bantuan-bantuan dari sponsor yang sedikit banyaknya meringankan beban biaya selama mengikuti event tersebut. Saya sangat berterima kasih sekali untuk dukungan materi dan inmateri yang selalu di support oleh berbagai pihak.

BDG Explorer (www.bdgexplorer.com), bisa dibilang bandrex adalaah rumah saya, karena saya memulai petualangan yang menakjubkan berawal dari kehangatan yang saya dapatkan bersama semua keluarga bandrex. Sangat berterima kasih untuk abah dian yang selalu men-support dalam segala hal untuk kemajuan saya dan teman-teman, tante mawar yang walaupun tidak pernah kelihatan, tapi selalu mengerahkan sebagian tenaganya untuk mengatur dan mencari dana agar sedikitnya uang kas bandrex tetap terlihat ada nominalnya, tante ojel yang sudah bersedia mengatur segala kebutuhan saat saya dan lainnya mengikuti HK 100 ultra trail ini, dan juga semua keluarga bandrex yang selalu memberikan berbagai dukungan, terutama berupa semangat yang selalu saya bawa di setiap kilometer yang saya lalui, kalian adalah keluarga terhangat yang selalu menjadi seberkas cahaya di kegelapan-kegelapan perjalanan saya.

Bellini (www.bellini.co.id), merek dagang kain untuk bahan seragam, pakaian kerja, jas, blouse dan lainnya. Bersyukur saya bisa bekerja disini, di PT Trisula Textile Industries yang merupakan perusahan dalam negeri dan bagian dari group Trisula Corporation. Perusahaan yang sudah didirikan oleh pak Tirta Suherlan sejak tahun 1968 atau 48 tahun silam, dan sekarang dengan kepemimpinan anak-anaknya yang salah satunya adalah pak Dedie Suherlan, Trisula Group masih bisa memberikan kesempatan kepada ribuan orang untuk mengais rezeki. Alhamdulillah kalau urusan cuti saya bisa didukung penuh untuk bisa mengikuti event-event lari yang sudah saya ikuti, dan juga saya bisa mendapatkan perlengkapan lari yang essential, yang sangat saya perlukan untuk menunjang kebutuhan dalam berlari ultra trail.

CKS (www.cks.asia), merek dagang untuk apparel olahraga seperti lari dan sepeda. CKS di bawah kang dwey wahyu, atau anak-anak sering menyebutnya pak meneher, sangat berjasa untuk mensupport anak-anak BDG Explorer untuk berkegiatan, terutama untuk kebutuhan jersey lari. Jersey berbagai edisi lari sudah banyak dibuat oleh CKS dan sangat nyaman untuk digunakan saat berlari jarak pendek, jarak jauh dan bahkan berlari sangat jauh atau ultra.

Telkom Infra (www.telkominfra.co.id) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa penyediaan layanan infrastruktur di indonesia, alhamdulillah diwakili oleh abah utsman, beliau bisa memberikan support kepada saya dan anak-anak bandrex untuk meringankan sedikitnya beban biaya mengikuti event HK 100.

Saya sangat bersyukur kepada sang maha pemberi kemudahan dan rezeki, karena dengan kuasa-NYA, selalu aja ada rezeki yang bisa saya dapatkan di luar pendapatan bulanan, sehingga beban biaya mengikuti event lari HK 100 bisa lebih terbantu oleh rezeki yang tak terduga. Saya ucapkan banyak terimakasih juga pada cheryl dkk yang sudah men-support kami dengan bantuan energy gell dan salt stick, sangat membantu kami untuk bisa menyelesaikan lomba tersebut sampai finish.

Setiap manusia sudah TUHAN berikan segala kebutuhannya, dari oksigen yang bisa kita hirup, sampai dengan makanan yang bisa dijadikan tenaga. Semua sudah TUHAN cukupkan, jadi jangan pernah takut akan kekurangan, selama kita yakin dan berusaha dengan berdoa dan bekerja, pasti kita akan selalu dicukupkan oleh ALLAH, TUHAN semesta alam.

No comments:

Post a Comment