Wednesday, October 7, 2015

Become a Runner


Lari adalah sebuah olahraga sederhana, bahkan dalam keseharian kehidupan kita, kita menggunakan kaki ini untuk berkativitas melangkah kesana kemari. Jika pertanyaanya sejak kapan kita berlari? pastinya jawaban yang meyakinkan dari semua orang adalah setelah kita berhasil berjalan ketika masih bayi. Proses berlari tersebut menjadi alami dan anugerah yang telah Tuhan berikan untuk hampir ke semua manusia di bumi ini. Lari itu adalah bakat dan sebuah aktivitas ideal untuk manusia seperti yang di bahas dalam film The Perfect Runner. Jadi mari berlari dan rasakan apa yang terjadi pada tubuh kita saat kita sedang berlari.

Dulu semasa saya kecil tiap minggu pagi saya sering berolahraga pagi ke balaikota bandung yang sering disebut dengan sebutan 'badak putih'. Disebut badak putih karena disana ada patung badak bercula satu berwarna putih. Dulu berolahraga pagi waktu kecil hanya sekadar buat main, jalan kaki sejauh 2 km menyusuri jalan braga dan berkeliling di balaikota hanya untuk melihat pedagang berjualan aneka macam makanan dan mainan. Pada waktu kecil itu merupakan aktivitas menyenangkan di minggu pagi yang setelahnya dilanjut nonton film kartun sampai siang. Bertepatan dengan HUT RI ke-54 pada tahun 1999 yang merupakan pertamakalinya saya ikut lomba lari marathon tujuhbelasan, tapi bukan marathon sesungguhnya, karena nama marathon memang identik dengan lomba lari jadi disebut lomba marathon. Padahal jaraknya hanya kurang lebih 5 kilometer.

Saya benar-benar memaksakan diri untuk terus berlari di lomba itu dengan tujuan cepat sampai finish, dan alhamdulillah bisa juara pertama. Hal yang tidak diduga, walau setelahnya kepala saya sudah berkunang-kunang saking lelahnya. Setelah itu kehidupan berjalan seperti biasa, tak ada niatan untuk berlari lagi. Lari hanya akan saya lakukan saat mengejar layangan, bermain bola, main kucing-kucingan, petak umpet atau kepepet kalau dikejar anjing..hahaha

Sebut saja marathon
Tahun 2002 adalah tahun produktif kehidupan saya pada masa itu, saya banyak mengikuti kegiatan adventure. Salah satu yang tidak akan pernah lupa adalah saat bergabung unit SAR 0919/0923 di organisasi pramuka kota bandung. Fisik dan mental di tempa disini, beberapa kali harus diklat dengan pelatihan khusus membangun mental, fisik dan pengetahuan tentang navigasi, yang paling berkesan adalah berlatih navigasi darat selama seminggu di daerah sukabumi. Setiap hari selama tujuh hari saya harus membawa beban ransel di pundak dan berjalan kaki dari saat matahari terbit sampai matahari terbenam menyusuri kota sukabumi hingga ke ujung genteng. Ini betul-betul praktek lapangan dan setelahnya pundak saya harus membayar rasa sakit. Hari ini saya baru menyadari, bahwa apa yang dulu telah saya lakukan adalah bekal untuk pencapaian masa ini, karena saya yakin tidak ada yang sia-sia dalam hidup ini, berbuat positif kapanpun karena hal positif tersebut yang akan menjadi bekal di masa depan.

Tahun 2002 juga saya pernah mengikuti event lari yang diadakan oleh paguyuban pasundan, jaraknya kurang lebih 10 km dari STIE Cimahi menuju kantor paguyuban pasundan di jalan sumatera. Dulu saya tidak tahu waktu yang saya tempuh berapa, karena mengikuti event lari tersebut adalah sebuah keharusan sebagai warga pasundan yang bersekolah di wadah bernama pasundan. Itu merupakan event lari kedua saya setelah tahun 1999.

Tahun 2003 adalah masa peralihan saya naik tingkat dari siswa menjadi mahasiswa, dan juga masa perubahan aktivitas yang drastis. Setelah tahun itu saya tidak aktif lagi di organisasi outdoor, murni saya menikmati dunia mahasiswa tanpa olahraga, saya mulai sibuk dengan organisasi kampus dan menikmati menjadi seorang mahasiswa yang sering bergadang. Tahun 2006 saya mulai kuliah sambil bekerja hingga saya lulus dan setelah itu mulai menikmati dunia baru bernama dunia kerja.

From Siswa to Mahasiswa
Tahun 2010 merupakan kebangkitan dalam kehidupan saya untuk mulai kembali berolahraga, dan sepeda menjadi olahraga yang saya pilih karena saya terbawa arus orang-orang yang tiap minggu melakukan rombongan bersepeda yang dinamakan 'Fun Bike'. Saya ikut trend saat itu, dengan mengejar event-event fun bike dan berharap dapat keberuntungan bernama doorprize, dan sampai saat ini saya hanya sekali mendapatkan doorprize, doorprize yang emejing berupa sebuah mainan spongebob..hahaha. Saat mulai lelah mengikuti fun bike saya mulai diperkenalkan dengan kegiatan mountain biking dan touring bike. Seketika itu pun saya beralih, dan beralih terlalu ekstrem karena loncatan saya yang hanya tukang sepeda fun bike menjadi sepeda touring, hasil loncatan di pertengahan tahun 2012 saya akhirnya melakukan touring pertama kali yang dinamakan solo bikepacker, bersepeda dari bandung menuju sawarna, yesss pantai sawarna yang terkenal dengan mushroom yang bisa bikin kita terbang ke dunia imajinasi. Pengalaman yang menakjubkan, pulang pergi saya ber gowes ria, tanjakan dan turunan saya nikmati dan tidak lupa bersilaturahmi ke teman-teman lama, tetapi sesudahnya pantat saya tepos..hahaha

Gowes Bandung Sawarna Bandung 414 Km
Tahun 2013 adalah awal saya memulai olahraga bernama lari, berawal dari alm paman saya yang memberikan sepatu olahraga bekas, sepatu yang cocok buat badminton kalau kebanyakan orang menilainya, tapi yang ada dibenak saya adalah lari dan sepatu ini yang akan menemani saya berlari. Mei 2013 saya mencoba lari pertama saya setelah 10 tahun lebih amnesia dengan olahraga bernama lari (kecuali dikejar anjing saya refleks ingat lari lagi..hahaha) dan jakarta menjadi kota yang terpilih karena pada waktu itu saya masih bekerja di daerah jakarta. Lari dari mangga dua menuju monas, baru 2 km sepertinya nafas saya mau pecah. Saya heran, padahal saya berolahraga sepeda tetapi lari segitu juga sudah ampun membuat burung-burung menghampiri di kepala. Akhirnya saya coba mix match antara lari dan jalan yang akhirnya sukses membawa saya ke monas selayaknya si kabayan yang baru ke kota, saya bangga bisa sampai di monas juga, walaupun dengan catatan kaki saya sakit karena sepatunya kekecilan.

Sebulan kemudian saya mencoba lari lagi dari mangga dua ke ancol dan itu lari terakhir saya di jakarta, karena 3 bulan kemudian saya kembali pindah ke bandung. Bulan November 2013 saya mulai mencoba lari rutin setiap minggu, bertahap menyesuaikan dengan keadaan tubuh saya, tempat favorite saya adalah trek lari saraga (sasana budaya olahraga) atau kebanyakan orang bilangnya sabuga, termasuk saya sendiri bilangnya sabuga..hahaha. Februari 2014 akhirnya saya mencoba race pertama kali di acara Bandung Love Run dengan mengambil jarak 10K. Disana saya mulai merasakan aura lari yang bikin serba salah, pengen pipis, kilikiben (kram perut) dan eungap (sesak nafas) dengan pencapaian yang lumayan sebagai pemula, 50 menit saya berhasil selesaikan jarak 10K.

Setelah itu saya mulai ikut lari rutin mingguan di outlive dan bertemu teman-teman yang sekarang bernama BDG Explorer. Dari sana saya mulai dikenalkan dengan trail run, dan tidak tanggung-tanggung bulan mei 2014 langsung di ajak trail run ke gunung sindoro dan sumbing di daerah wonosobo jawa tengah. Pengalaman yang menyenangkan bisa jadi bagian di kegiatan lari tersebut dan menjejakkan kaki pertama kali di gunung dengan ketinggian di atas 3000 mdpl, sumbing menjadi gunung pertama yang saya nikmati puncaknya dan sindoro menjadi pelengkap menemani kebahagiaan tersebut. Tidak bisa dipungkiri perjalanan pulang kaki terasa pegal semua, berjalan juga susah, kalau bahasa sundanya itu jalan juga jadi cangegang..hahaha

Menuju Gunung Sumbing
Setelah trail run melewati gunung sindoro dan  sumbing, saya mulai aktif berkegiatan lari walaupun hanya menjadi pelari mingguan dan pelari merahan alias berlari di tanggal merah..hahaha. dan selanjutnya saya mencoba tantangan lain dengan mengikuti nike challenge bersama team BDG Explorer dan long run bandung jakarta 178K yang di gagas pak surachman bersama pelari-pelari hebat yang sekarang menjadi keluarga baru saya, alahamdulillah dari sana saya bisa melangkah lebih jauh lagi untuk berlari dan ada tambahan semangat untuk tetap berlari mengejar hormon bernama bahagia.

FLR Bandung - Jakarta 178 Km
Saya tidak pernah bermimpi menjadi seorang pelari, terbesit pun tidak untuk menjadi pelari. Tapi ketika jalan hidup mengarahkan saya kesana, saya hanya coba mengikutinya sebisa yang saya mampu. Dan hari ini bisa saya katakan bahwa saya adalah pelari, pelari ultra yang ingin menikamati dunia dengan kacamata berbeda dan saya bangga menjadi seorang pelari.

". Berlarilah dengan apa yang kamu punya, dan hal besar yang kamu punya adalah sebuah semangat. Maka berlarilah dengan semangat terbesar mu dan nikmati bahagia di setiap langkahnya."
aLan Maulana - Ultra Runner




1 comment:

  1. It is good that you started from such a young age. Once we grow up our habit of adaptability is reduced to a minimum and exercising become hard. I am new to running and I have to force myself every day to be better at it.

    ReplyDelete