Friday, September 2, 2016

Backpacker Runner : Sonsang International Trail Running 17K

Jam Gadang - Bukittinggi
Bukittinggi akhirnya menjadi kota selanjutnya yang saya jelajahi, Pulau Sumatera memang sangat luas, tapi saya baru dua kali bisa singgah di tanah yang berbudaya melayu kental. Setelah dua tahun lalu saya mengunjungi Kota Pekanbaru untuk menyaksikan kemegahan Kerajaan Siak, sekarang Bukittinggi menjadi tujuan yang tidak sengaja saya rencanakan. Berawal dari sebuah tawaran untuk mengikuti event lari, akhirnya saya bisa menikmati seluk beluk sebuah kota yang diapit oleh Gunung Singgalang dan Gunung Marapi. Sonsang International Trail Running yang akhirnya membawa saya ke kota ini dan menikmati 4 hari yang menyenangkan. Sonsang merupakan sebuah desa yang berjarak +/- 10 km dari jam gadang yang berada di kota Bukittinggi, menghadirkan pesona tersendiri dengan pemandangan pesawahan dan tebing-tebing bukit barisan yang membelah kota-kota di sumatera.


Perjalanan yang sangat melelahkan dari Bandung menuju cengkareng karena harus ditempuh dengan waktu 5 jam, kemacetan yang luar biasa di kala weekend harus membelah kota Jakarta. Saya sengaja terbang dari bandara soekarno hatta, karena saya akan berangkat dengan istri saya dan juga harga penerbangan dari jakarta jauh lebih murah daripada dari Bandung. Jakarta - Padang PP seharga IDR 950k, jauh lebih murah dibanding dari Bandung seharga IDR 1,600k, walaupun kalau berangkat dari bandung ada biaya travel, tapi tetap masih lebih murah, karena travel standar ke bandara dari Bandung PP masih dikisaran 280k.

Akhirnya sampai di Bandara Internasional Minangkabau pukul 22.45 WIB setelah kurang dari 2 jam menempuh perjalanan udara dari Bandara Soekarno Hatta, setelah itu saya harus menempuh perjalanan sejauh +/- 80 km menuju kota Bukittinggi atau bisa ditempuh selama 2 jam perjalanan. Dari bandara ada travel menuju Bukittinggi dan juga ada travel gelap juga (travel tidak resmi), saya menggunakan travel tidak resmi karena memang penerbangan saya merupakan penerbangan terakhir ditambah delay. Oh iya penerbangan dari dan ke Padang hampir semua terkena delay, karena cuaca yang kurang bagus dan sempat beberapa kali terjadi badai.

Tidak sengaja saya ketemu juga dengan orang bandung, kang agung adijana dan kita satu travel. Travel yang merupakan mobil berjenis avanza mengangkut penumpang sebanyak 5 orang, harga sekali jalan dari bandara langsung ke tujuan adalah 75k. Seperti saya yang tidak sengaja bertemu dengan kang agung, kang agung juga tidak sengaja bertemu dengan teman lamanya yang merupakan seorang kapten kapal (nakhoda), jadi suasana didalam mobil terasa lebih hangat karena orang-orang yang didalamnya tidak asing.

Ditengah perjalanan kami berhenti dulu di sebuah rumah makan, dan ini menjadi sebuah pengalaman tersendiri karena saya pertama kali makan masakan padang di kampung halamannya. Sangat berbeda, lebih enak daripada masakan padang yang banyak berkeliaran di bandung. Saya juga mencoba teh taluak, teh yang dicampur dengan telur, nikmat sekali dan anyir telurnya tidak berasa. Jam 1 malam lewat akhirnya saya tiba di rumah uda imam, tempat yang akan menampung saya selama menikmati kota awak bernama bukittinggi.


Pre Race, 27 Agustus 2016

Tidak ada suara burung yang berkicau ataupun suara ayam yang berkokok di pagi hari, yang ada hanyalah suara panggilan alam bawah sadar yang memaksa roh-roh yang berkeliaran untuk menyatu kembali. Pagi itu saya bersemangat untuk menjelajahi kota Bukittinggi, kota di barat sumatera yang di jaga kokoh oleh Gunung Singgalang dan Gunung Marapi. Saya dan uda imam memulai pagi dengan memanaskan tubuh berlari santai menjelajahi kota Bukittinggi, dan meninggalkan istri saya yang tertidur lelap karena kecapean bekas perjalanan semalam.

Saya berlari sekitar 5 km lebih menyusuri jalanan kota bukittinggi menuju hotel prima dini tempat teh icha menginap, rencananya memang kita akan joging pagi sambil mengenal tempat baru bernama bukittinggi. Selepas bertemu teh icha, kita langsung melanjutkan perjalanan menuju jam gadang, jam yang menjadi ikon kota karena memang begitu bersejarah. Jam gadang yang dibuat pada tahun 1826 merupakan hadiah dari ratu belanda kepada sekretaris bukittinggi, jika kita lihat seksama jam gadang tersebut, ada keanehan tersendiri dideretan angka-angka, entah itu kesalahan atau sebuah misteri, mungkin lain kali boleh coba ditelusuri.

Jam Gadang di pagi hari
Rute lari dari atas bukittinggi akan menurun menuju ngarai sianok, sebuah lembah yang diapit oleh tebing-tebing besar dan dari sana kita akan menyusuri great wall nya bukittinggi. Sepanjang perjalanan saya sangat senang sekali berlari di kota yang begitu ikonik dan malah sempat mengobrol sama teh icha dan uda imam untuk membuat urban trail di daerah ini karena sangat pas dan cantik. rute tangga-tangga banyak menghiasi kota bukittinggi, selepas turunan panjang saya harus melewati jembatan dan nantinya tangga-tangga great wall akan menanti untuk dijelajahi.

Tangga-tangganya cukup untuk memanaskan dengkul dan menaikkan irama nafas ke irama nge-beat, tapi pemandangannya menjadi batas untuk membuat irama tersebut sedikit memelan. Pagi yang indah menjelajahi tempat baru, tangga yang berjejer-jejer meliuk-liuk menanjak mendekatkan kita pada aroma bukit di pagi hari, tebing besar tampak kokoh berdiri tegak diatas sungai kecil yang mengalir begitu pelan dan damai.

Jembatan di Ngarai Sianok
Great Wall bukittinggi
Selepas berakhirnya anak-anak tangga di langkah terakhir, kami melanjutkan perjalanan menuju balai adat yang dekat dengan kaki gunung singgalang. Sepanjang perjalanan rumah-rumah khas minang memanjakan mata saya yang tidak berhenti mamandang kesana kemari menikmati hentakan irama jantung yang berdetak memberi dorongan pada hormon endorphin untuk keluar lebih banyak. Seru jalan-jalan dengan keringat bercucuran, menambah semangat untuk menikmati setiap gerak langkahnya.
Rumah Adat Bukittinggi
Gunung Singgalang
Karena saya berburu dengan waktu untuk menikmati yang lainnya, kami kembali lagi ke pusat kota dengan melewati lobang jepang dan panorama sebelum kami mampir ke pical sikai, pecel ala minang yang menjadi awal untuk mengisi energi yang hilang dimakan tangga-tangga. Setelah itu kami berangkat ke pasar bawah untuk bertemu istri saya dan mencoba rumah makan simpang raya yang asli, bukan cabang yang ada di bandung, ini langsung pusatnya simpang raya. Merasakan masakan padang yang benar-benar dari kampungnya benar-benar nikmat sekali, tak lupa saya memesan teh taluak yang baru beberapa jam ini menjadi minuman favorit saya.

Lobang Jepang

Pemandangan Ngarai Sianok dari Panorama

Simpang raya tepat berada di depan bangunan jam gadang, tempat yang sangat strategis, saya bisa melihat jam gadang langsung sambil menikmati secangkir teh taluak, tenpat favorit untuk bersantap sekaligus menikmati suasana jam gadang yang terlihat megah. Pencarian kuliner berlanjut, kali ini giliran bubur kampiun yang menjadi pelepas rasa lapar dan rasa yang tak mau berhenti untuk mencicipi makanan yang berbeda.

Pical Sikai
Jam gadang dari Simpang Raya
Bubur Kampiun dan Teh Taluak
Perjalanan berlanjut menjelajahi benteng fort de kock dan kebun binatang bukittinggi, dari sini kita bisa melihat kota bukittinggi yang begitu tertata. Dari benteng fort de kock kami melintasi jembatan limpapeh untuk tembus menuju kebun binatang, selepas lelah berjalan-jalan kami menikmati nasi kapau, dan dalam hitungan detik nasi kapau menjadi favorit istri saya, sampai-sampai daka-dakanya minta dibungkus untuk dibawa pulang..hahaha. Jalan-jalan pagi akhirnya berakhir karena waktu sudah terik sekali, kami kembali pulang ke rumah uda imam dan mempersiapkan jalan-jalan selanjutnya di sore hari menuju puncak lawang dengan view danau maninjau.

Benteng Fort De Kock
Nasi Kapau

Adzan ashar sudah menghilang tak berbekas, yang tertinggal hanyalah suara motor yang siap berangkat menuju puncak lawang disebalah barat kota bukittinggi, danau maninjau yang menjadi daya tarik karena pemandangannya, terletak di kabupaten agam sumatera barat. Jalur menuju puncak lawang berkelok-kelok dan terasa dingin, dengan jalanan aspal yang bagus, kami berempat sukses berada disana sekitar jam 5.30 sore. Pemandangan yang indah dan sejuk melihat danau maninjau di puncak lawang, tidak berlama-lama kami menikmati pemandangan karena semakin lama terasa sangat dingin dan juga kami harus mempersiapkan diri untuk besok berlari membelah bukit barisan.

Danau Maninjau
Puncak Lawang
Kembali ke bukittinggi sudah gelap, sebelum beristirahat kami mampir dulu di warung pinggir jalan yang berjajar sepanjang jalan di pusat kota. Sesudah semuanya terpenuhi dan barang-barang yang dibutuhkan sudah dibeli, akhirnya kami pulang untuk beristirahat dan mempersiapkan esok hari semoga bisa berlari dengan enjoy dan bisa finish strong.


Race Day, 28 Agustus 2016

Setelah seharian jalan-jalan melihat seluk beluk kota Bukittinggi, saya begitu nyenyak tidur dan membuat alarm yang berteriak-teriak pukul 5 pagi hanya sebagai pelengkap suasana pagi. Nyatanya saya terbangun pukul 6 pagi saking nyenyaknya saya dibawa oleh alam mimpi, dan sebagai konsekuensinya, sisa waktu 1 jam yang saya punya harus bisa saya maksimalkan sebelum start race yang dijadwalkan jam 7 pagi. Tanpa basa-basi saya langsung mempersiapkan kebutuhan race, karena jarak yang akan di tempuh sekitar 17K, saya hanya membawa satu buah energy gell dengan sebotol air mineral.

Satu buah roti dan segelas energen jahe menjadi menu carbo loading yang akan mengisi sebuah ruang kosong dalam perut, dan akan menjadi tambahan energi menuju titik start yang berjarak 4,5 km dari rumah uda imam, karena saya memilih joging ke tempat start sebagai pemanasan. Hanya sampai 3 km saya memacu jantung dua kali lebih cepat dibanding detak jantung saya waktu sarapan, dan sisa jarak saya serahkan sama uda imam yang menjemput saya dengan motor menuju titik start di pelataran jam gadang. Suasana begitu ramai karena ada 3 acara yang start di depan jam gadang, selain trail running ada jalan sehat dan fun bike.

Perwakilan Bandrex di Sonsang Int Trail Running
Jas hujan dan satu botol air minum 600 ml yang saya persiapkan karena sebelumnya ada diperlengkapan wajib, akhirnya saya titip karena itu hanya perlengkapan yang direkomendasikan. Tempat start dipenuhi para peserta, dan kumpulan atlet menjadi pemicu adrenalin saya yang mulai meninggi. Saya berusaha lebih tenang dan santai sebelum start dimulai dan akan mencoba memberikan yang terbaik yang bisa saya lakukan. Start molor dari waktu yang ditetapkan karena ada rangkaian acara pembukaan dari walikota bukittinggi. Yang menarik adalah saat menyanyikan lagu indonesia raya, terlihat sosok kang agung adijana membawa bendera merah putih didepan garis start dan sesekali mengibarkannya, saya sendiri begitu semangat menyanyikan lagu kebangsaan sampai selesai dan faktanya menyanyikan lagu kebangsaan indonesia raya ampuh membuat saya menjadi lebih relaks.

Strat Line
Pukul 7.22 WIB bendera start dilepaskan, saya yang berada dibarisan kedua langsung berlari mengikuti peserta didepan. Kumpulan atlet langsung memacu gas hingga pace dibawah 3, saya mencoba mengontrol kecepatan saya dengan tidak terbawa oleh mereka. Track awal yang merupakan turunan memang membuat orang-orang memanfaatkannya untuk langsung tancap gas, beruntung saya tidak terbawa arus rombongan depan, karena banyak orang-orang yang terbawa arus dan selepas 1 km mereka langsung kewalahan.

4 km awal adalah jalur aspal yang terdiri dari jalanan bergelombang berupa turunan dan tanjakan, saya banyak menyusul para peserta yang terlampau tancap gas. Lucu memang ketika melihat peserta yang mukanya langsung merah dan akhirnya berlari santai karena tenaga mereka sudah habis duluan di awal. Km pertama saya lalui dengan pace 3:51/km selanjutnya saya bermain di pace 4 lebih, saya berlari bisa lebih nyaman dengan menjaga kecepatan. Kejadian lucu lagi ketika saya menyusul peserta master yang dipacerin oleh sepeda motor, karena saya memakai topi, si bapak langsung menyuruh pacernya untuk menyusul saya dan melihat bib saya, sontak si pacer langsung bilang 'aman, bukan master', saya hanya tersenyum saja ketika pacernya melihat bib saya.

Setelah km 4 jalur mulai masuk ke perkampungan, water station pertama saya lewati tanpa mengambil air minum karena saya masih merasa ok. Km 5 saya menyusul atlet perempuan yang juga dipacerin sama motor, bapak yang memakai motor tampak menggunakan jaket bertulsikan sumbar yang cukup besar tepat dibagian punggung. Saya lihat untuk perempuan ada 2 atlet, sebelumnya sudah saya susul duluan saat km 2 dan yang ini posisi pertama perempuan yang saya prediksi pasti jadi juaranya. Menuju km 6 track yang dilalui adalah pesawahan, sebelum masuk jalur sawah saya berhasil menyusul satu orang lagi, tapi berlari di sawah memang terasa lebih sulit untuk bisa stabil, pace saya langsung turun di pace 5-6 dan saya kembali disusul.

Keluar dari jalur sawah, track kembali ke perkampungan, km 6-9 track akan naik turun dengan jalur perkampungan dan sedikit masuk jalur setapak, disini saya berhasil menyusul lagi dua orang, salah satunya anak trail run pekanbaru. Km 9 menuju km 10 track kembali ke jalur aspal atau jalan besar, dikejauhan saya melihat ada satu orang yang sudah mulai bermasalah karena terlihat muntah-muntah. Masuk ke water station 2 di km 10, saya ambil air minum. Air mineral yang disediakan di water station adalah yang berukuran 600 ml, terlalu besar untuk digenggam, saya coba buang setengahnya agar bisa lebih ringan untuk saya genggam.

Km 10-12 jalur kembali masuk areal perkampungan dengan medan campuran aspal, batuan dan beton. Memasuki km 13 saya berhasil menyusul ady atlet pekalongan yang sebelumnya terlihat bermasalah dengan perutnya, dari sini track baru memasuki jalur trail yang sesungguhnya berupa hutan dengan medan tanah padat berupa tanjakan dan turunan. Kurang lebih 1,5 km jalurnya menanjak dengan total elevasi sekitar 100 mtr. Ditanjakan saya memang terlihat masih lemah, belum bisa stabil untuk lari ditanjakan, otomatis dua kali saya harus berjalan ditanjakan dan setelahnya saya kembali berlari lagi.

Km 15 saat turunan saya berhasil menyusl bapak-bapak yang barefoot, turunan memang sangat seru sekali untuk menambah kecepatan, turunan dengan tanah padat adalah track favorit saya. Menuju km 16 tracknya turunan curam, saya sempat tidak seimbang dan akhirnya terjatuh sambil terguling. untung saat terjatuh tubuh saya sudah bisa merespon dan saya refleks menggulingkan diri lalu saya berlari kembali tanpa mengalami masalah.

Memasuki km 17 track kembali melalui jalur sawah, sedikit lebih nyaman berlari disawah yang lebih padat dibanding sebelumnya. 1 km menuju garis finish adalah jalur aspal/beton melewati perkampungan penduduk, dari kejauhan saya melihat satu atlet didepan saya, saya berusaha mengejarnya tetapi tidak bisa terkejar karena didepan sudah garis finish, GAP saya kurang lebih 20 detik dari pelari posisi 4.

Run Activity at Strava https://www.strava.com/activities/691421652/overview

Run Activity at Strava https://www.strava.com/activities/691421652/overview

Akhirnya yang ter-record adalah jarak sejauh 18,4 km dengan catatan waktu 1jam 28 menit 29detik (official), harus puas dengan posisi 5, tetapi saya tetap senang bisa berlari secara maksimal. Sangat sulit bersaing dengan atlet pelatnas di jarak pendek, dan jarak saya juga sangat jauh dengan posisi podium, GAP 8 menit setara dengan jarak 2 km lebih.


Sonsang International Trail Running merupakan rangkaian acara dari Sonsang Festival, desa sonsang sedang berbenah diri untuk mnegenalkan pariwisatanya ke khalayak luas. Rangkaian acara di acara Sonsang Festival ini diantaranya ada film documenter and news feature festival, lomba rakit tradisional, pameran kerajinan, trail running, fun bike and walk dan lomba musabaqah dan hafidz Al-Qur'an.

Perwakilan bandrex ada yang berdiri di podium, alhamdulillah teh icha bisa podium 3 di kategori putri bersaing dengan atlet-atlet muda yang masih duduk di bangku sma. Penutupan acara sonsang festival berupa sambutan dari gubernur sumbar dengan diiringi tarian daerah dan juga pembagian hadiah kepada para pemenang trail running di semua kategori. Terakhir semua yang terlibat acara melakukan makan bersama yang disebut dengan nama makan bajamba atau makan bersama dalam satu wadah.

Penyambutan Gubernur Sumbar
Penyerahan Hadiah
Makan Bajamba
Kesimpulan :

Oke kita tarik kesimpulan dari event Sonsang International Trail Running ini, secara keseluruhan event ini sangat bagus. Pengambilan racepack mudah dan dipusat kota, disediakan penjemputan dari bandara menuju venue acara dan juga berhubung titik start dan finish berbeda, panitia menyediakan penjemputan pulang ke titik start, dan semuanya free. Mobil penjemputannya juga bagus sekelas mobil travel.

Titik startnya pas di tempat heritage, peserta bisa sekalian menikmati suasana wisata di titik tertinggi di kota bukittinggi. hanya saja kekurangannya start molor 22 menit, tapi tidak masalah sebenarnya karena jalan clear. rutenya oke dengan melewati jalanan kota yang ikonik seperti jembatan limpapeh dan jalur trailnya bagus dengan marka yang bagus sehingga membuat peserta bisa aman berlari dengan cepat. Water station cukup dan memenuhi kebutuhan pelari, hanya saja alangkah baiknya ukuran botol yang 300 ml bakalan lebih efisien.

Yang paling pas menurut saya karena eventnya di kota bukittinggi, kota yang menyenangkan bagi wisatawan, dan saya menikmati sekali berkunjung ke kota ini, semuanya lengkap disini, dari tempat wisata, makanan dan tempat-tempat indah menjadi satu kesatuan. Hanya saja saya belum berkesempatan menjejakkan kaki ke gunung singgalang dan marapi, akan sangat sempurna kalau bisa menjelajahi 2 gunung itu.

Terakhir semoga tahun depan ditambahkan rute yang lebih panjang, karena 17K ini memang lebih banyak roadnya, rute yang lebih panjang bisa menambah dominasi rute trailnya yang ciamik. Evaluasi untuk saya pribadi adalah saya belum cukup maksimal latihan, saya lebih bersemangat untuk berlatih menambah kecepatan, karena saat race saya melihat begitu cepatnya para atlet yang berada di depan saya menjauh dari pandangan.



Post Race, 29 Agustus 2016

Setelah semaleman kami hanya bersantai-santai menikmati jam gadang di malam hari dan mengobrol santai di warung aceh, akhirnya pagi menyambut kami dengan hangatnya matahari yang menghembuskan energi baru. Pagi hari kami menikmati bubur kampiun terakhir sebelum pulang, teh icha yang penerbangannya lebih cepat dibanding saya, jam 10 pagi harus pamit duluan diantarkan travel menuju bandara. Saya bertiga kembali kepasar untuk membeli oleh-oleh yang akan dibawa pulang.

Selepas mengambil daka-daka, berbelanja macam keripik dan membeli rendang di pasar bawah, akhirnya kami pulang untuk packing barang-barang. Detik terakhir memesan travel yang akhirnya saya diburu-buru untuk cepat packing karena travel sudah datang menjemput. Berakhir sudah perjalanan saya di kota Bukittinggi, ada pr yang belum terselesaikan. Gunung Singgalang dan Gunung Marapi yang nanti akan membawa saya kembali kesini, ketempat yang sepertinya tidak akan bosan saya kunjungi, bukittinggi sampai jumpa nanti.


Indonesia tak pernah luput dari mata dunia
Karena ada harta yang tak pernah habis dimakan kata
Kelok-kelok jalan yang mengantarkan saya pada sebuah kota
Meyakinkan saya bahwa bukittinggi layak dilihat mata

Aku hanya ingin berlari membuka mata cakrawala
Mengurai berjuta hormon endorphin dibalik rasa
Aku hanya ingin berlari menjelajahi setiap sudut jiwa
Merasakan hadirnya yang sebentar lagi lahir ke dunia

Sampai jumpa di tempat selanjutnya...




2 comments:

  1. Punteun Salam kenal ti simkuring nyuhunkeun kontak na hatur nuhun

    ReplyDelete
  2. Thanks for the update of Burangrang Mountain Race XV (BMR).I will be of great interest for all the fan of Burangrang Mountain Race XV (BMR)

    ReplyDelete